Selasa, 30 Juli 2013

3 Absurd Years

Selamat bertemu kembali, kenangan. Sudah 3 tahun kamu pergi. Tak terasa. Hari ini tepat 3 tahun kepergianmu, dan ulang tahunmu yang ke 17. Andai kamu masih nyata, masih berwujud, masih hidup, pasti hidupku selama tiga tahun belakangan ini tidak akan seabsurd ini. Hancur.
 
Semenjak kepergianmu 3 tahun yang lalu, kisahku berantakan. Kisah cinta. Tak pernah bertahan lama. Ada pula yang kandas sebelum bersatu. Rasanya tak ada cinta yang pas untukku. Semuanya hanya lalu-lalang saja, tak ada keseriusan. Tak seperti yang kamu tawarkan padaku dulu. Ketulusan. Kepastian. Kejelasan. Bukan keabsurdan.

Menyentuh batu nisanmu, menabur bunga di makammu, mencabut rumput liar di tanah tempatmu bersemayam, membuatku menangis terisak. Rindu menyeruak. Seakan film di layar lebar, semua kenangan kita berputar jelas di anganku. Kita yang dulu, penuh ceria, penuh canda. Penuh rasa di masa muda.

Teringat hari yang paling kubenci. Jum'at, 30 Juli 2010. Kamu berjanji akan menemuiku di bangku taman di sebelah tukang es krim favorit kita. Kamu bilang ada yang akan kamu bicarakan. Aku berdebar. Menebak-nebak apa yang akan kamu utarakan. Apa mungkin... cinta?
 
2 jam aku duduk diam. Menunggu. Menantimu. Gerimis mulai turun tetes demi tetes. Tapi sosokmu tak kunjung menampakkan diri. Kemana perginya?

Aku mulai marah. Emosi. Terlalu lama aku bersabar. Aku berdiri, dalam keheningan hujan, berniat melangkahkan kaki pulang. Baru berdiri tegak, secara tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ada panggilan. Tertera namamu. Kutekan tombol hijau untuk mengangkatnya. Baru saja aku hendak memprotes, memarahimu, ketika suara isakan ibumu terdengar dari ujung telepon. Katanya kamu sudah tidak ada. Pergi. Tidur. Untuk selamanya.

Aku kaku untuk sesaat. Tak tahu harus bilang apa pada ibumu. Sambungan telepon kuputus. Dalam diam, dalam hujan, aku menangis. Ini salah satu alasan kenapa aku menyukai hujan. Tak ada yang tahu aku menangis. Karena rinai hujan membasahi wajahku, tak terlihat air mata yang mengalir dari mataku. Aku merasa hampa.

Secepat ini? Kenapa kamu pergi begini cepat? Bahkan sebelum kamu tahu perasaanku dan sebelum aku mengerti isi hatimu. Kenapa Tuhan menghendaki kita berpisah? Aku bisa maklum dan menerima kalau hanya terpisah oleh keadaan dan jarak, tapi... nyawa? Ya Tuhan, aku menangis lagi memikirkan hal ini.

Sejak kehilanganmu, 3 tahun terakhir ini bukan tahun yang baik bagiku untuk masalah hati. Rasanya mereka semua hanya menjadikan aku persinggahan, bukan tujuan. Aku hanya pelarian, bukan garis akhir. Rasanya seperti aku dipermainkan. 3 tahun ini hidupku terasa absurd, aneh, tak lengkap. Berantakan. Diacak-acak mereka yang hanya menginginkan pelampiasan sesaat dariku. Berbeda dengan kamu... Kamu yang selalu apa adanya, lepas, jujur, polos, tulus, tanpa topeng, selalu terlihat begitu sempurna di mataku.

Ya ampun, apa yang kulakukan saat ini? Menangisimu? Kamu tak akan senang melihatku begini dari atas sana kan? Dulu, tanpa alasan yang jelas kamu pernah berkata, bahwa kamu tak mau melihat aku menangis. Maafkan aku, menangisimu. Tapi aku tak kuasa membendungnya. Ya, memang tak seharusnya. Seharusnya aku tersenyum senang untukmu, berhenti menangisimu, berdoa dmi kebahagiaanmu di surga sana, di samping Tuhan. Seharusnya aku membiarkanmu tenang...

Semoga damai disana, kamu. Semoga aku disini bisa melepasmu dengan rela. Dengan lapang dada. Terima kasih untuk tahun-tahun yang kita lewati dahulu. Begitu indah. Hangat. Manis.

Selamat jalan, Rako.

Minggu, 28 Juli 2013

Welcome, my Niece!

Adalah hai guys, apa kabar?!?! Kabar gue sih yaa begini ajaa, buruk iya, baik juga iya. Mulai terbiasa dengan hidup keras (apasih-_-). Well, anyway gue dapet anggota keluarga baru nih! Let me introduce my new niece to you :)))

Ini diaaa! Ponakan baru gue! Namanya masih anonim alias teu acan dinamaan :'> Semoga namanya cantik ya seperti dedenya. Hehe. Ya ampun gemes banget deh liatnya. :'> Ponakan gue ini anaknya kakak angkat gue dan suaminya, whom is suaminya itu adalah abang gue (atau kakak sepupu, yah semacam, pokoknya masih saudara. Nah berhubung keluarga gue itu orang Batak, jadi yaa beginilah, ribet, harus dimargain gitu, soalnya kakak angkat gue ini bukan Batak, maka diangkat anak sama keluarga gue, dan menikahlah mereka. Dan ini hasilnya! Lucu beud yaa! Asli deh gemes banget nget nget. :') Daaannn anyway karena gue udah punya keponakan, otomatisss gue udah jadi tante-tante dong ya sekarang! Hehe. Tante Yoyo. Hehehehehehe. :'>

Ponakan imut nan lucu ini lahir di hari Sabtu kemarin, tanggal 27-07-2013, jam 21.26 dengan Cesar. :'> Lahir di Rumah Sakit Siloam (Kebon Jeruk, Jakarta) dengan berat badan 3,1 kg dan panjang 46 cm. Ga sia-sia gue berdoa sambil sms-sms share to all my contacts supaya ikut nge-aminin kelancaran persalinan kakak gue :'))) Cantik banget ya ampun ga tahan gemesss :'* Semoga bisa menjadi anak yang berbakti yaa, berguna bagi nusa dan bangsa, dan selalu taat sama perintah Tuhan. Amin. Aminin bareng-bareng ya guys yaa! AMIN :'> <333

Rencananya, gue sekeluarga bakalan ke Tangerang buat nengokin ponakan baru gue ini di rumah abang gue itu minggu depan, antara tanggal 4 atau 5 bulan Agustus depan, dikarenakan gue sama adik-adik gue baru mulai libur tanggal 5 (kan tanggal 4 mah Minggu :'>). Tadinya sih mau berangkat Senin alias hari ini, tapi tanggung karena harus ijin kesekolah dan kayaknya gak semua anak-anak dibolehin masuk ke ruang bersalin deh :'( Kayak adik-adik gue, itu sih kayaknya gak akan dibolehin. Kalo gue mah bebas, pendek-pendek begini juga muka gue boros, baru kelas dua SMA tapi udah punya muka lebih tua 2 taunan, jadi pasti disangka anak kuliahan, so gue sih no problem ya, pasti dibolein masuk. Hehehe :'> Rencananya gue sama keluarga bakalan disana seminggu, sekalian liburan. Jadi asik juga, bisa jengukin dede bayi whom is ponakan gue, bisa silaturahmi sama om dan tante disana, bisa ngegosip sama ka Putri sama bang Daniel, gitu deh. Doain yaa guys yaa biar lancar! :'>

Udahan ah. Gue mau ikutan sahur dulu *meskipun ga puasa, karena di sekolah jadi malah ikut puasa -_-* temen gue bawain pisang goreng. Enak nih pake cappuccino -_- :'> Selamat subuhhh :***

Yoyo ♥

Sabtu, 27 Juli 2013

Hell-O Daddy.. :'(

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiriku tadi siang. Panasnya masih terasa sampai sekarang. Itu tangan Ayah. Menghujaniku dengan cacian, makian, tamparan, semua yang membuat batin dan fisikku sama-sama kesakitan.

"PERCUMA PUNYA ANAK KAYAK KAMU! KONDISI KAMU NGEREPOTIN!"

Aku bisa apa? Hanya menangis sambil berusaha menutupi wajah dan menghindar dari tamparan-tamparan Ayah yang menyiksaku. Aku ingin melawan, menjawab semua cecaran Ayah, tapi aku juga tak mau mendapat lebih banyak pukulan dan tamparan di sekujur tubuhku. Badanku sakit semuanya, tapi batinku lebih terasa pedih. Ayah memukulku lagi. Aku jatuh tersungkur.

"Ayah, aku tak penah ingin dilahirkan dengan keadaan seperti ini. Siapa yang ingin cacat, Ayah? Kalau boleh memilih, pasti aku akan memilih menjadi anak yang normal. Tak ada yang ingin berada di posisiku, termasuk aku sendiri. Tapi beginilah yang Tuhan berikan. Kenapa Ayah tak bisa menerimanya?" bisikku pada diriku sendiri, tak berani bersuara lebih keras. Aku menunduk. Air mataku mengambang, tak lama meleleh jatuh.

"NGAPAIN NANGIS? SUDAH SANA JANGAN DISITU TERUS, MAU AYAH TENDANG? AYAH KESAL LIAT KAMU!"

Sebegitu menjijikkannya kah aku di mata Ayah? Ayah, aku tahu aku tidak sempurna. Tapi setidaknya hargai aku. Aku juga anak Ayah. Aku anak Ayah yang pertama. Aku selalu iri melihat adik-adikku. Ayah memanjakan mereka. Menyayangi mereka. Tak tega untuk membentak mereka. Lalu kenapa Ayah sebegini kasar padaku?

Buang saja aku, Ayah.

Aku sayang Ayah. Sangat sayang. Inikah rasa sayang Ayah, dengan memukuliku, menamparku, menendangku, menghinaku, memakiku? Kenapa? Apa kalau aku tidak ada, Ayah akan lebih berbahagia? Kalau iya, bilang saja, Ayah! Bilang saja! Karena kalau Ayah meng-iya-kan, aku rela, aku mau pergi, angkat kaki dari rumah ini, demi kebahagiaan Ayah.

Terima kasih, Ayah. Bagaimanapun juga, Ayah tetap Ayahku.

Aku sayang Ayah. Meski Ayah tidak sayang aku.

Rabu, 24 Juli 2013

Try to Let You Go Away

Hei. Apa kabar? Akhirnya kita bertemu lagi. Padahal sudah beberapa waktu ini aku menghindar darimu. Mengabur dari pandanganmu, membisu dari pendengaranmu, mematikan rasa dari perabaanmu. Berusaha setengah mati untuk tidak menghubungimu. Berusaha menganggap kamu tak pernah singgah di hidupku. Berusaha bertingkah seakan-akan aku tidak mengenalmu.Padahal, jemari ini sudah begitu tak sabar ingin menyapamu lewat pesan singkat, ingin memberi perhatian, ingin kamu.

Ingat saat hari pertama kita berkenalan? Uluran tanganmu, suara beratmu yang lembut mengalun keluar, mengeluarkan kata-kata manis sembari memperkenalkan namamu. Aku tak pernah berpikir untuk menganggap kalau semua itu akan menjadi awal dari perasaan yang sebegini mendalam. Semuanya tak pernah kuanggap spesial. Bagiku, kita hanya berteman saja, sesederhana itu. Lalu kita jarang bertemu. Kita tetap bertukar cerita, saling menyapa, bersenda gurau, tertawa bersama, kamu juga sempat beberapa waktu menjadi tempat curahan kesedihanku, serta-merta memberi kata-kata penghiburan yang selalu bisa menenangkanku, meski semuanya hanya kita lewati dalam percakapan manis di pesan singkat dan telepon genggam. Semua terasa sederhana pada mulanya.

Namun rasanya ada yang berbeda di saat itu. Ketika kita kembali berhadapan setelah sekian lama tidak bertemu. Kita terpaku. Saling melempar pandangan mendalam. Kehadiranmu yang nyata di hadapanku membawa desiran lain. Kamu di masa yang sekarang ini sangat berbeda dari masa lalu. Setelah pertemuan itu pun, hal-hal yang kamu berikan padaku semakin manis saja. Aku merasa aneh pada perasaanku sendiri. Semua yang kamu katakan turut membuka mata dan hatiku. Dan itu membuat semuanya makin tidak karuan. Biar kuberi sedikit gambaran bagaimana berantakannya hatiku; ada sesuatu yang kurang dari hariku ketika kamu tidak meramaikan handphone-ku dengan suara berat tapi merdu mu. Ada yang tak lengkap dari hariku yang lain ketika kamu sibuk sehingga tak memperhatikanku. Apa aku egois? Mungkin saja, tapi itu semua karena kamu juga. Apa salah? Aku hanya rindu saat-saat intim dikala kita membicarakan satu topik yang paling absurd namun kompleks; Cinta.

Mari kembali sejenak ke masa lalu. Dimana kamu bercerita tentang betapa rindunya kamu pada cinta lamamu, mantan kekasihmu. Aku bisa merasakan kerinduanmu akan perhatian seorang wanita. Aku bisa memahaminya. Tapi tidakkah kamu sadar? Perhatian yang kau rindukan itu sudah aku berikan. Mungkin kamu belum menyadarinya. Atau mungkin aku belum terlalu penuh menunjukkan semua intensitas perhatianku padamu. Atau malah tidak terasa sama sekali olehmu? Kucoba kembali mendengar ceritamu, lebih seksama. Aku mulai sadar satu hal yang pasti: seorang pria hanya menceritakan isi hati dan perasaannya kepada wanita jika ia sudah menganggap wanita itu dekat.

Aku mulai merenung. Menaruh harapan. Hatiku mulai bergejolak. Apa mungkin kamu sudah menganggap aku sebagai wanita yang penting dan berarti, sehingga kamu bisa bercerita sejauh itu? Padahal kita kan tidak memiliki status yang jelas dan pasti? Dalam keremangan, dalam sunyi, senyumku melengkung. Semuanya mulai berjalan tanpa kusadari. Rasa cinta mulai membawaku ke jurang yang seharusnya tak menjadi tempat kesedihanku sekarang.

Sadarkah kamu betapa konyolnya kita? Kita sangat, sangatlah konyol. Ketika saling bertukar kata-kata di pesan singkat, kita begitu lepas, bersemangat, penuh tawa. Aku bisa merasakan itu, bisa kulihat dengan jelas dari gaya tulisanmu. Saat kita bertemu, berhadapan, kita lebih banyak diam. Tapi juga lebih banyak menatap. Saling menatap. Mendalam. Sembari saling melempar senyum manis penuh makna, satu sama lain. Jujur saja, sampai detik ini pun, aku masih tidak percaya kalau semua perasaan absurd ini bisa begini cepat terjadi. Aku masih berusaha meyakinkan diriku sendiri, meyakinkan hati dan batin kecilku, bahwa perasaan dan desiran bergetar padamu ini hanyalah sekedar rasa sesaat karena terbawa suasana dalam kedekatan kita. Aku berusaha melihat realita kalau semua perhatian dan sikapmu padaku hanyalah bagian sederhana dari pertemanan kita, tak lebih. Ya, sebatas itu saja, sampai di titik teman saja, aku tak mau menaruh harapan lebih lagi.

Tapi apa mampuku? Semua kenangan akan kita, tentangmu, semua berputar dalam benakku, memori itu kembali terpampang jelas di penglihatan alam bawah sadarku, muncul dalam mimpiku. Padahal niatku di awal adalah untuk melupakanmu. Apa ini? Aku tak mau merasakan sesaknya menahan rasa ini sendirian.....

Perasaanku lama kelamaan semakin tak tertahankan. Tak bisa kukendalikan. Siapa yang bisa? Senyatanya, setiap manusia bisa mengendalikan perasaannya, tapi aku sedang jatuh cinta, jtuh cinta padamu. Cinta yang menyesakkan, sehingga membuat aku buta, tak tahu arah, tak mengerti apa yang harus kulakukan untuk menghentikan rasa ini. Aku takut kehilanganmu. Padahal, kamu tak pernah aku miliki. Aneh ya?

Aku akui, memang kesalahanku lah sehingga menganggap perhatianmu sebagai cinta. Tapi, apa salah kalau aku berharap kamu menyimpan rasa yang sama untukku? Aku selalu tertawa dan tersenyum juga bahagia karena kamu dan ulahmu yang menyenangkan hatiku, hingga aku sangat sebegini yakin kalau kamu tak akan pernah tega membuat aku menjatuhkan tetesan air dari mata ku, bahkan barang sebutir pun. Aku sangat percaya padamu, sangat sangat mempercayaimu. Dan itulah. Kebodohan dan kelengahanku, yang kusesali.

Kini, ketakutanku akan kehilanganmu sudah lunas terjawab. Kamu membuat ketakutanku menjadi nyata. Kamu menjauh tanpa penjelasan. Kamu pergi tanpa ucapan perpisahan dan kalimat berpamitan. Keputusanmu itu memang tak kau suarakan, tak kamu jelaskan serinci-rincinya, tapi aku paham. Aku marah. Pantaskah aku marah? Sebenarnya tidak seharusnya aku marah. Aku kan bukan siapa-siapa, tak pernah jadi orang spesial di hidupmu. Mungkin... aku hanya pelampiasan? Persinggahan? Yang kumau itu menjadi tujuan dari perahumu. Kau tahu, aku dengan bodohnya telah merancang mimpi untuk masa depan kita, semua yang ingin kulakukan dan kubuat nyata bersamamu. Mungkin nanti, di lain hari, itu pun jika Tuhan memberi restu untuk kita saling membahagiakan.

Aku ingin memanggilmu untuk kembali, kesini, bersamaku lagi. Tapi aku juga paham dan sadar diri, aku bukan orang yang penting, bukan siapa-siapa, bukan orang spesial. Aku tak punya hak, tak ada wewenang untuk membawamu pulang. Apa masih pantas dan perlu aku memperjuangkan kamu? Tapi untuk apa juga, kan aku bukanlah tujuanmu, melainkan hanya peristirahatan sejenak saja. Aku tak mau jadi munafik, iya, aku benar-benar kehilangan, jujur saja. Jelas saja, aku sudah terbiasa dengan kedekatan dan perhatianmu. Kini, semua itu menguap begitu saja seperti angin malam yang tak ada artinya. Hanya tersisa dingin yang menusuk. Dalam hening. Sunyi. Gelap. Kelam. Pekat.

Iya, aku tahu ini salahku, kebodohanku, ketololanku. Tidak seharusnya aku menyimpan perasaan mendalam dan kuat, sangat kuat padamu. Harusnya aku memilih, kuungkapkan atau kulupakan, bukannya kusimpan dalam kesesakan batin. Ini bukan salahmu. Juga bukan salah dia yang kau kejar kini. Tapi juga sempat aku merasa bingung dan sesak, sakit, apa kau tak mengerti juga kalau aku mencintaimu?

Ya sudahlah. Aku harus belajar. Belajar tidak mempedulikanmu. Belajar menerima handphone-ku yang kini sepi diam tanpa bisingnya perhatianmu. Belajar membuang cinta ini jauh-jauh dari namamu dan hatiku.

Belajar memaafkan kepergianmu yang tidak tanpa pamit, dan melupakanmu.

Satu yang kupercaya, Tuhan akan mempertemukan kita lagi di lain waktu.

Selamat tinggal dariku, masa lalumu. Selamat datang di lembaran barumu, yang tanpa aku dan tak membutuhkanmu.

Jumat, 19 Juli 2013

Untukmu, yang Masih Sulit Kulupakan

Selamat malam, kamu yang kutuju. Ingat masa-masa kita dahulu? Kita begitu dekat. Aku merasa ada sesuatu di dalam hati ini, sesuatu yang rasanya absurd tapi indah. Kamu sadar itu, kan? Kamu mengerti maksudku, aku yakin itu. Yah, aku tau, hanya aku yang merasa seperti itu. Hanya aku yang merasakan cinta itu, hanya aku yang berusaha menutupinya, kutahan dalam hati, diam dalam perasaan, aku malu mengungkapkan. Aku takut mendapat penolakan. Tapi aku selalu bertahan. Bayangkan, aku bertahan, sementara dalam waktu yang sama, kamu berusaha mengejar seorang lain di ujung sana, yang kamu anggap lebih pantas diperjuangkan dibanding aku yang mati-matian menahan batin padamu. Kita berhenti di status pertemanan, tak kurang dan tak lebih. Hanya sampai di titik lemah itu. Aku berusaha bertahan, menjalani kelokan yang tak tau dimana ujungnya, melanjutkan cerita yang entah terselip dimana akhirnya, yang tak memiliki kejelasan. Tapi dalam ketidakjelasan itu aku menjadi penasaran, aku menjalani hubungan 'teman' kita tanpa titik terang, walau kita tidak berjalan bersama, tidak beriringan, tidak saling berpegangan tangan, aku meraba-raba dalam kabut. Kenapa aku mau? Karena aku selalu yakin, akan ada jalan bagiku, yang selalu bersabar menunggu kamu berbalik arah, kembali ke arahku.

Jika aku boleh jujur, di balik rasa penasaranku terhadap kerabunan hubungan kita, aku menyimpan rasa takut. Rasa takut yang sangat tidak ingin kuluapkan. Aku tau, kamu tak pernah merasa seperti itu. Toh dalam benakmu, kita hanya teman, kan? Aku mengerti. Jiwamu tak ada bersamaku. Jiwamu sedang terbang, melayang menuju tepat ke arahnya, pada dia yang kau puja. Jiwamu terlalu bebas, terlalu lepas, aku tak punya hak untuk menahan kepergianmu. Bagaimana bisa aku berhak protes akan langkahmu yang semakin menjauh dariku? Status kita yang tak spesial membuat aku tertahan, tak bisa menahanmu, meski bibir ini sudah sangat ingin berteriak agar kau tetap tinggal, meski tangan ini sudah sangat ingin memeluk lenganmu agar kau tak bisa pergi dari sisiku. Pada akhirnya, kamu pergi. Aku hanya bisa menunggu. Menanti dengan sabar di tempat kita biasa bercanda gurau. Menanti kepulanganmu.

Aku tau, kamu tak pernah memikirkan betapa perihnya batinku, saat kamu pulang dengan wajah penuh cahaya, lalu kamu dengan suara penuh semangat, dan senyum indah serta mata berbinar, bercerita pada ku tentang dia, yang tersenyum padamu sepersekian detik, yang menjadi mimpi-mimpimu selama ini. Kadang aku iri padanya, aku ingin turut menjadi bagian dalam ceritamu itu. Ah, aku terlalu berkhayal. Lagipula, kata rindu yang terucap dari mulutmu hanya tertuju padanya kan? Padahal kau tau, dia jarang membalas tingkahmu, tapi kamu terus berjuang. Seperti aku, yang bertingkah mencari perhatianmu, tapi tak ada balasan dan tanggapan darimu. Aku hanya bisa diam, berpura-pura ikut bahagia mendengar ceritamu, meskipun aku menyembunyikan tangisan dan pedih yang mendalam pada batinku saat melihat binar matamu yang begitu menyayanginya.

Pernahkah kamu memikirkan betapa susahnya aku menahan diri untuk tidak menangis tiap-tiap kamu berceritera tentang kisahmu dengannya?

Ibuku bilang aku bodoh, karena mengejar kamu yang mengejarnya. Ayahku bilang aku bodoh, karena menangisi kamu yang tak pernah bahkan sekedar menyisipkan namaku dalam pikiranmu yang penuh dengan gambaran wanita impianmu itu. Sahabatku bilang aku bodoh, karena menahan rasa sakit, karena tidak memikirkan perasaan pedih ku sendiri demi melihat kamu berbahagia bersamanya. Tapi aku tak peduli, aku tak mau tau apa kata mereka. Yang ku mau hanya kamu. Aku bertahan, pura-pura tidak mendengar cibiran mereka, demi menunggu kembalinya kamu padaku, seutuhnya, tanpa bayang-bayangnya. Aku hanya ingin percaya, yakin, kalau kamu pasti akan ada untukku. Aku juga tak tau, mengapa aku dengan lugunya mau dibawa naik tinggi melayang bersama angan-angan tentang kamu, yang tak lama kemudian jatuh, terhempas, sakit. Bodoh, ya. Dengan polosnya aku percaya kalau kamu juga suatu saat akan merasakan hal yang sama padaku.

Aku tau, kamu pasti mengerti apa yang selama ini aku rasa. Apa telingamu tuli, tersumbat sesuatu, sehingga tak bisa mendengar bisikan hatiku yang berkata sayang? Apa matamu buta, terhalang kabut atau apa, sehingga tak bisa melihat ketulusan dalam setiap tatapanku padamu? Apa kepalamu terbentur sehingga otakmu menjadi parah, sehingga tak bisa memahami bahwa semua senyuman yang kulengkungkan adalah topeng dan kepalsuan untuk menutupi air mataku? Hei, ini cinta, harus bagaimana lagi aku menjelaskannya padamu?

Untukmu, yang masih sulit kulupakan, yang telah pergi tanpa meninggalkan pesan perpisahan, yang memilih berlari mengejar dia yang menurutku tak bisa membahagiakanmu sebaik aku, yang pergi dan tak akan kembali lagi untukku. Terima kasih untuk setiap detik yang pernah kita lewati, bersama-sama, meski hanya dalam status teman. Terima kasih pernah menghibrku di awal perkenalan kita dulu, ketika aku tersedu menangisi seseorang di masa lalu. Terima kasih atas saat-saat indah kita bertukar pikiran kala tengah malam hingga fajar datang. Terima kasih atas kata-kata singkat namun manis dan menenangkan dari mu saat aku terbaring sakit. Terima kasih untuk membawaku terbang tinggi bersama angan tentangmu. Terima kasih untuk lemparan keras, yang menghempaskan tubuh ringkihku ke tanah sehingga aku hancur, bersama harapanku tentangmu, tentang kita.

Kini aku sadar, harusnya dulu aku tidak menggubris ajakan perkenalanmu.
Harusnya kita tak pernah saling kenal dan dekat, sehingga aku tak perlu menangis begini.


Untukmu, yang masih sulit kulupakan -

Bandung, 19 Juli 2013

Finally, I'm here again, stepping this part again. Berjalan lagi di jalur yang salah. Jatuh lagi di jurang yang sama. Berjalan terlalu jauh. Jatuh terlalu dalam. Lagi. I used to think that my steps were alright. I used to think that I was choose the right one. Kupikir semua sudah benar. Kusangka pilihanku sudah tepat. Nyatanya, aku mengulangi kesalahan terbesarku yang selalu kulakukan: Mengira kalau semua perhatianmu dan semua ucapanmu padaku itu berarti lebih, padahal nyatanya kosong, padahal itu semua hanya kata-kata biasa. Now, I'm crying, again. Entah untuk keberapa kalinya aku menangis lagi, karena kesalahanku sendiri. Sekarang semua terasa mati.

Aku memilih berhenti, menyerah, sampai di titik ini. Titik terlemahku. Titik persinggahan perihnya batin. Kemarin, kita masih bercengkrama. Bertukar pikiran bersama. Berbagi semua dilema. Iya, aku tau ini terdengar berlebihan. Kamu rasa ini berlebihan, kan? Of course, hell yeah you think like that. Kamu kan tak merasakan apa yang aku rasakan. Harusnya kita bertukar tempat sejenak, supaya kamu tau, bagaimana perihnya jadi aku. Batin ini sudah terlalu sakit. Perasaan ini mulai mati, mulai tak bisa merasakan apa-apa lagi.

Aku ingin bisa membaca isi hati semua orang. Terutama hatimu. Aku ingin bisa melihat, apa yang sebenarnya ada di balik semua perhatian dan kalimat-kalimat manismu. Aku ingin bisa menimang, seberapa jauh rasamu ada bagiku. Kalau saja aku bisa melakukan itu semua, aku pasti tak akan sebodoh ini. Tak akan lagi aku membodohi pikiranku sendiri. Aku terlalu yakin, terlalu membohongi realita, terlalu percaya bahwa semua yang keluar dari mulutmu padaku, semua perhatianmu, semua senyummu, adalah sesuatu yang lebih dari sekedar teman atau sahabat. Kusangka itu cinta. Yah, aku memang aneh. Tolong mengerti, semua orang yang sedang jatuh cinta pasti bersikap aneh, pasti semua yang biasa jadi terasa begitu istimewa, begitu spesial, begitu manis, begitu tulus. Sementara, di balik semua ilusi itu, tersembunyi fakta yang sesungguhnya: Kamu tak menyimpan rasa apapun yang lebih untukku. Aku hanya seorang yang biasa. Wajar kan, aku tersenyum saat membaca percakapan kita di chatbox? Tak apa kan, pipiku merona saat melihat isi pesanmu yang terasa begitu bermakna?

Entah apa ini namanya. Perasaan suka? Iya. Perasaan mencinta? Iya. Perasaan tak ingin kehilangan? Iya. Perasaan tak mau melepaskan? Iya juga. Apa kamu belum kunjung mengerti? Aku serius dengan ini semua, aku bersungguh-sungguh, aku tak pernah bermain dengan hati, batin, dan perasaan.

Aku masih belum paham, hingga detik ini, hingga saat jemari ini mengutarakan semua abjad pilu ini. Kenapa dia? Kenapa bukan aku? Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu bertingkah seolah tak ada hal spesial yang terjadi dalam cerita kita? Kenapa begini perih? Kenapa kamu menghindar? Aku memperjuangkan kisah ini, aku berjuang, bertahan, meskipun senyatanya batin ini sudah sangat kelelahan, tapi aku berusaha. Namun, kini apa? Mana hati nurani milikmu? Alih-alih memperjuangkan aku, kamu pergi mengejarnya. Inikah balasannya? Dengan menjadi dingin? Diam padaku? Tak peduli lagi? Tak menghargai usahaku lagi? Tak menghiraukan ucapanku lagi? Kamu parah.

Sekarang kita disebut apa? Hanya teman ya? Iya? Status macam apa? Bukan ini yang kumau. Sesak batin rasanya. Aku ingin kita lebih dari ini, ingin lebih dari garis dan titik ini. Kamu yang sedang terpingkal-pingkal bersamanya, bersama dia yang kau mau, sementara aku yang sedang tersedu-sedan menghadapi kenyataan dan realita kalau kamu yang dulu sudah tiada. Kamu yang dulu sudah mati, kamu yang kini sudah bertransformasi menjadi pribadi yang asing bagiku.

Aku menengok masa lalu, merasa menyesal telah memperhatikanmu serinci itu, menyesal telah menyayangimu sedetail itu. Seharusnya tak usah aku mencari-cari riwayatmu. Semestinya tak usah aku mencoba menanyakan teleponmu, menanyakan semua tentangmu, menggali lebih dalam tentang hidupmu, tentang kamu. Bertingkah polos, seakan-akan hanya kamu lah tujuan terakhir dari semua sisa umurku. Jika sejak pertama aku tak melakukan semua kebodohan itu, harusnya aku tak perlu begini, menangis karena kepergian sosokmu yang dahulu. Harusnya aku tak usah merasakan perih yang sebegini hebatnya.

Aku tolol, memang beginilah aku, selalu menangis karena kesalahanku sendiri yang selalu terulang, berada dan jatuh di jalan yang sama.

Bukan ini akhir yang kumau. Harusnya, cerita kita berakhir dengan genggaman jemari lembutmu, menyelip di antara jemariku, dengan senyuman yang manis menatap masa depan, dengan dekapan hangat tubuhmu yang seolah tak mau melepaskan aku. Tapi apa dayaku, hanya bisa menatap kamu dan dia yang berbahagia dengan cerita kalian yang baru, yang tanpa aku.

Tapi, tetap, doa dariku akan selalu mendekapmu, meski tiada aku bersamamu.



Bandung, 19 Juli 2013

Kamis, 18 Juli 2013

About Saying Goodbye.. :'>

Oke ini absurd sih yaa, baru juga posting, udah ngepost lagi. Heheee :'>
Anyway tonight gue mau ngebahas soal Saying Goodbye, alias Perpisahan. Yap! Watir yaa... :'>

Guys lo semua pasti pernah ngerasain yang namanya ditinggalin sama pacar atau gebetan pas lagi sayang-sayangnya. Ngeselin banget ya? Kita dipaksa keadaan, siap ga siap, buat harus nerima kenyataan kalo orang yang kita sayang itu bakalan ngilang dari hari-hari kita, bisa untuk sementara atau yang terburuk, untuk selamanya. Yakali, ditinggal bentar aja lo jadi uring-uringan, apalagi ditinggal selamanya... :'>

Guys, ada filosofi yang bilang begini: 'Ketika Tuhan mengambil seseorang yang kamu cintai, maka Tuhan akan menggantinya dengan seorang baru yang suatu saat akan lebih kamu cintai.'

Asik ya? :'>

Pernah gak guys, kalian mikir gini. Perpisahan itu ada ya karena pertemuan. Pertemuan itu Tuhan yang ngerancang, Tuhan yang jadi dalang, Tuhan yang atur biar kita bisa ketemu sama makhluk ciptaan-Nya yang lain. Dan Tuhan selalu membuat tiap pertemuan itu menghasilkan rasa. Bisa rasa takjub, benci, suka, sayang, rasa ingin memiliki, rasa cinta. Dan bisa aja rasa takut kehilangan. Sadar gak sih guys, SAY HELLO itu SAY GOODBYE yang tertunda. Everytime you say 'Hello!', there will come the time for you to say 'Goodbye!'. And also, sometimes they who broke up is still loving each other. Miris. Nyes. :'>

Every people feel this. Tiap orang, entah itu lo, gue, atau orang-orang di luar sana, pasti dan dipastikan pernah ngalamin perpisahan. Gue pernah berpisah dari seorang cowok, sebelum kita sempet jadian, karena dia........... yah, well, he died. Ironic, yeah, he have a serious problem with his heart. Kelainan gitu deh. Jadi ya... Suka sedih juga sih ngingetnya...

Gue juga pernah ngalamin perpisahan yang lain, gue pisah sama sahabat-sahabat gue, mereka semua temen SMP gue dulu, kita misah, mencar-mencar di SMA masing-masing. Suka kangen deh, jalan bareng, nonton, main, makan baso bareng, ngegosip bareng, aaaahhh....... :'>

Suka nyesek. Suka gereget pingin teriakin dia yang udah pergi. Teriak supaya dia balik lagi. Suka ngerasa down gara-gara dia tinggalin, then sampe di titik terlemah kita, kita males move on, kita sembunyi di masa lalu. Gemes nyakitin :'>

Guys, itu semua ga seharusnya kita lakuin. Ga seharusnya kita muram, kita stuck di kesedihan, ga seharusnya kita stop di titik lemah itu. Kita harusnya sadar kalo setelah perpisahan itu, bakalan ada pertemuan yang lain. Kehilangan itu adalah awal dari pertemuan baru. Ketemu orang baru, kenalan, menjalin hubungan... Semuanya udah Tuhan atur.

Gue sendiri......... sedang berusaha berhenti menangis semalaman karena perpisahan. Sedang berusaha move on. Lagi on the way fokus ke masa depan. Lagi menunggu, menunggu pertemuan yang baru, yang bisa nyembuhin luka dari perpisahan yang lalu. Kita gak bisa nutup diri cuma gara-gara perpisahan itu. :')))

Guys, perpisahan itu ada untuk mendewasakan kita. Perpisahan membuat kita makin dewasa. Melatih emosi. Melatih seberapa kuat batin dan hati kita. Tuhan itu adil, makanya Tuhan mengadakan perpisahan setelah pertemuan. Pertemuan setelah perpisahan. Semua bakalan bergulir begitu terus, ketemu-pisah-ketemu-pisah. Bakal begitu terus sampe pada akhirnya Tuhan memerintahkan supaya roda itu berhenti. Berhenti di saat yang tepat, di orang yang tepat. Berdoalah, guys. Supaya roda yang sedang berputar di hidup kalian segera berhenti. Supaya Tuhan segera memberi pertemuan baru, yang tidak akan berujung perpisahan. Amin. :'>

Saying goodbye, for the other hello. :')

Blogger terlieur (dan tergalau),
Yoyo ♥

Selasa, 16 Juli 2013

Fight, although it Hurts :')

Guysssss! Apakabarrrrr? Gue sih buruk yee as usual. Wkwkwk watir amat. Anyway! Gue masuk kelas 11 IPS 2 bareng sohib gue si Ghisela (@Ghisela_lee) sementara kedua sohib kami yang lain, Novia (@noviaanggr) dan Salma (@salmiund) ada di 11 IPS 3. Gakpapa pisah, kita tetep kompak kokkk :')))

In other way, bahasan gue malem ini adalah PERJUANGAN. Haaahahahaha, menyedihkan memang, kalau lo berjuang buat someone who doesn't even just think a little about you. Perih ya? Iya. :'>

Tau jodoh ga? Ada yang bilang jodoh itu kalo punya banyak kesamaan. Terus ada juga yang bilang, muka nya mirip. Kalo definisi dari Jodoh itu sendiri, katanya sih (dari yang gue Googling :p) Jodoh itu sesuatu yang dipersatukan Tuhan dan ga bisa dipisahin sama manusia. And the problem I'm talkin' about is; gimana dengan mereka yang jelas-jelas punya banyak perbedaan? Sedih banget ya, emang. Gue juga ngalamin. :'>

As we know, love comes from every ways. Even the way isn't logic, but it happen. Ada yang ketemu, terus tanpa direncanakan mereka saling jatuh cinta, terus having each other. Ada yang ga sengaja ketemu, kenalan, temenan, jadian. Ada yang tiba-tiba saling menyayangi, tapi........... beda agama. Atau beda umur. Atau beda suku. Atau beda-beda yang lainnya. Ini miris. Gue pernah ngalamin semuanya, dan perih.

Coba lo pikirin dan bayangin bentar. Gimana rasanya kalo lo jadi mereka (atau gue? hahaha :'>) yang saling memperjuangkan perbedaan? Mereka yang juga pingin banget ngerasain cinta yang sama kayak pasangan lain, yang berusaha mati-matian untuk bisa menepis perbedaan (caelah bahasa -_-), padahal semuanya cuma berujung rasa sakit? Mereka ngerasain luka, tapi masih berusaha terlihat bahagia dengan segala macam perbedaan itu.

Mereka saling mendoakan dalam agama masing-masing, pada Tuhan masing-masing, dengan cara masing-masing, dengan Alquran dan Alkitab masing-masing, tapi isinya sama: mengharap lancarnya hubungan yang memiliki perbedaan agama itu. Mereka saling mendewasakan dengan umur masing-masing, dengan usia masing-masing, tapi isinya sama: mengharap lancarnya hubungan yang memiliki perbedaan usia itu. Mereka saling berusaha dalam budaya masing-masing, saling bercengkrama dalam bahasa masing-masing, saling memperjuangkan dalam suku masing-masing, tapi isinya sama: mengharap lancarnya hubungan yang memiliki perbedaan budaya itu.
Mereka berusaha, meski terluka, meski tau itu semua ga ada gunanya, ga mungkin buat dilanjutin. Tapi karena udah cinta, mereka ga peduli.

Gue..... In fact sering banget, ngerasain jadi mereka. Mantan-mantan gue kebanyakan tuh ya kalo gak beda umur, ya beda agama, ya beda suku, macem-macem lah. Putus nya pun ya gegara semua perbedaan itu. Yang mana gue udah coba perjuangin tapi ya........ Berakhir naas.

I'm fight, although it hurts. Itu sumpah nyakitin banget, tapi entah, susah buat menyerah.

Buat apa Tuhan ciptain perbedaan, kalau pada akhirnya cuma menyakitkan? Renungkan. :'>


Blogger terlieur (dan tergalau),
Yoyo ♥

Sabtu, 13 Juli 2013

Fast and Furious Tears

Hey, know what? Ini gatau kenapa ngerasa kesel dan sedih dan suddenly aja ini airmata netessssssss. Damn. Cuma garagara tulisan singkat! I don't know again how to word it out, pokonya gue pingin banting laptop.

Sometimes I wanna shout to someone out there, someone who I care much (but he never do the same, damn it.), that you're freak. Wanna know why? Cause you throw away someone who cares about you, just for another one who ever wanna just smile a lil' for you! :'((((((((((((((((((((

Ini gue udah setengah mati nahan diri buat ga banting-banting laptop sama handphone loh. Ini dari awal udah sok tegar banget loh. Ini dari awal udah nyoba sabar-sabarin banget loh. Tapi ini udah gereget banget pengen nyemprot marah-marah. Peka atuh anjirrr~~~~~~~~~~~~~~~~

Oh iya guys, postingan kali ini marah-marah doang gapapa kan? Gapapa lah, blog gue ini.

In a second, my tears are dropping fastly and furiously. Now I feel strange about him... Tiba-tiba ilfeel lah! Kesel banget pokonya, envy juga, semua lengkap. Dan tekad gue buat lupain dia bisa terwujud kayaknya. Pasalnya ini aja gue udah mulai ilang rasa. Kesellllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll -_-

Daaah ah mau makan sosis. Laper!

Yoyo <'3

Semacam Pengakuan Dosa?

Aloha! Lama gak muncul. Maafin yaa. Kemaren-kemaren sibuk ngajar (dan sibuk sakit -_-). Apa kabar kalian sekarang? Udah jadian belum sama gebetan kalian? Belum? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA. Sama. -_-

Oke, ngobrolnya dimulai deh ya.
Jadi, kalo gue tanya sama lo semua, menurut lo jatuh cinta itu dosa gak? Kalo menurut gue pribadi sih, yaa it depends ya. Tergantung, keadaannya gimana dulu. Masalahnya adalah gue jatuh cinta sama orang yang mungkin bener tapi keadaan membuat gue berdosa karena udah sayang sama orang itu. Kacau emang, ya tapi emang begini. Tadi ka Dimas (@dimasta) di Ardan ngomong gini: "Cinta itu bisa aja ke orang yang tepat tapi di waktu dan keadaan yang salah." Nah! Jadi, menjelaskan judul di atas yang tampak sangat geje itu, gue mau cerita dulu.

Semalem. Gue lagi Twitteran. Lagi baca-baca timeline Twitter gue. Suddenly muncul tweet nya penulis yang cukup gue senangi buku-bukunya (Raksasa dari Jogja dan Cerita Cinta Kota. Keren.) Yap, si kak Dwita. @dwitasaridwita. Dia ngetweet semacam ramalan zodiak gitu. Berhubung gue Geminian, gue langsung baca tweet ber-hashtag #Gemini. Dan isinya kurang lebih begini:

@dwitasaridwita: #Gemini. Ungkapkan perasaanmu padanya. Kalau kamu nggak bilang, dia gak akan tahu.

ADALAH GILA BANGET KAN CYA?! :'> Ya poinnya gini, gue cewek, gue cewek, dan gue cewek. Adalah cewek itu susah buat punya keberanian ngomong suka sama cowok, ya kan> Nah, (setelah curhat ke Mama dan disuruh berani :'D) gue finally mencoba untuk berani. Yah sejujurnya ga bisa dibilang berani juga, karena gue pake format sms share gitu. Gue kirim ke semua contact gue. Termasuk dia yang gue maksud.

Isi sms share nya sih ya gitu.. Mencakup kutipan tweet Dwitasari, lalu harapan gue agar dia ngerti dan sadar, dan at las gue tekankan betapa takutnya gue akan balasan dari dia, jadi gue mau langsung ninggalin handphone di kamar lalu pergi. Wkwkwk. Bego memang.


Setelah gue balik. Setelah memberanikan diri megang handphone. Ada 4 balasan. Yang paling pertama ngebales, itu dari mantan gue yang terakhir, Irfan. Dia ngebales 2 kali. Sms pertama bunyinya gini: "Cieecie siapa tah? Haha :D" Sms kedua bunyinya gini: "Yo, itu teh buat siapa? Seriusan itu teh?"
Hehe. Ngakak to the max ya. Soalnya lucu aja, kok dia terkesan pede gitu ya? Haha. Rada merasa puas juga, berarti selama ini dia aja yang gengsi buat ngakuin kalo dia masih sayang sama saya. Soalnya giliran dulu saya yang bilang sayang, dia cuek aja. Oke, skip Irfan. Lanjut, sms ketiga dari mantan gue juga, Andri. Isi balesannya gini: "Adeeu si yoyo haha:D" Wkwkw geje ya.

Nah yang keempat dari dia. Dia yang gue tuju. Isinya gitu deh.. Jujur aja sih rada males bahasnya, tapi ya mau gimana lagi, gue ga ada bahan postingan (bohong ketang, dasar we pingin curhat. :p).

Isinya ya awalnya agak basa-basi (semacam mancing juga sih -_-) gak lama mulai ngarah serius. Pokoknya intinya dia bilang, mending sampein langsung ke orangnya, biar orangnya tau. DAAANN terdorong oleh tekad dan dia nya sendiri yang semacam nyemangatin gue, yaudah, gue ngaku tanpa basa-basi. Itu asli, gue ngerasa bego, bego banget. Masalahnya isi sms gue itu terlihat konyol, ditambah lagi di akhir sms gue tulis ginian: "Udah dulu yaa aku mau main monopoli sama ade aku, hehe nighttt" SOK BAYANGIN ASA OON! :'D Asa ngerasa tolol aku juga asli hehe. Apa-apaan juga coba kan ada monopoli disitu?! Anjir ngakak lah pokonya :'D

Lama ga dibales. Diem sunyi senyap dunia gemerlap (apasih-_-). Lamaaaaaaaaaaaaa banget. Terus dia on Twitter. Isi tweetnya aneh-aneh, gue jadi ngerasa ga enak juga. Ya udah, gue sms aja, bilang minta maaf, sama bilang omongan gue tadi gausah dianggep gausah digubris, anggep aja gue ga pernah sms gitu, lupain aja bla bla bla.
Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaa ga dibales juga.

Suddenly dia ngetweet sabari pas juga muncul smsnya. Pas gue buka... PANJANG BANGET. Itu sms dia yang paling panjang selama gue kenal sama dia. Soalnya biasanya cuma 2 kalimat paling panjang, atau ngga cuma "Oh.." atau "Hahaha bla bla." Ga rame pisan ya hehe tapi da gimanaa :'>

Ya pokonya gitu guys, intinya mah ceurik itu mah udah pasti seorang Yoyo pasti nangis wkwkwk :'D Nah pagi nya aku langsung demam sampe-sampe ga ngajar :'> Tapi feels strange juga, soalnya he a bit care about me yeahahaha XD

Anyway. I'm mesagging'im right now haha. Seperti biasa, smsan kami absurd. Wk. Yaudah segitu dulu aja. Nanti gue mikir lagi mau pake topik apa buat postingan karena sepertinya ini bakal jadi postingan terakhir gue tentang dia. Kenapa? Ya iya da udahan ngecengnya juga.. (padahal mah masih ada rasa -_-)
Begitulah. Kisah pengakuan 'dosa' yang berakhir miris. Hahaha <'3 Ya semoga ada waktu yang lebih tepat yaa *anjir ngarep To the Max :'>

Udahan ah. Udah malem. Ikan bobo. *geje*

Blogger terlieur (dan tergalau),

Yoyo ♥