Jumat, 28 Oktober 2016

"Coba Dulu, Sebentar Saja, Ya?"

Hei, kemarilah. Sebentar saja, aku tak minta lama.
Hanya satu kedipan mata, ditambah satu helaan partikel udara.
Coba dulu, sebentar saja, ya?
Mendekatlah, pakai sepatu usangku sejenak.
Sudah?

Itu, yang kamu tatap sekarang,
adalah semua hal menyakitkan yang selalu singgah di mata,
bahkan membuat perih hingga ke jiwa.

Dan di sebelah sana, agak ke bawah sedikit saja,
adalah betapa sukarnya aku menahan rasa,
berusaha menutupi rasa pedih di balik riuhnya tawa.

Bergeser ke sebelah kiri,
adalah bagaimana aku berpura-pura sepanjang hari,
seakan aku tidak sedetikpun merasa cemburu sama sekali.

Serta di bagian sini, tepat di depanmu kini,
merupakan ketakutan tak wajar yang selalu menghantui,
juga rasa pahit pada setiap tarikan nafas dalam diri,
sebagai efek samping karena telah menelan semua kebodohan yang menjadi-jadi.

Tunggu, kenapa lidahmu jadi kelu begitu?
Tahanlah sebentar lagi, sayangku,
baru setengah dari benteng pertahananku yang kamu tahu,
masih banyak yang perlu kamu pelajari tentang strategiku.

Mari, naik ke sebelah timur,
tidak, kita tidak akan terlalu lama disini, sungguh,
hanya butuh sedetik untukmu menyadari bahwa di setiap waktu,
senyatanya aku memalsukan senyuman di hadapanmu.

Kini, dengan sepatu lusuhku, cobalah berlari ke seberang sana.
Ah, ya, tentu saja tak akan muat,
dan sekarang tumitmu justru membiru karena kita tidak akan pernah sama.

Bagaimanapun juga, beginilah rasanya menjadi aku dengan sepatu itu di setiap harinya.
Darah di kaki ini begitu menyakitkan, perih, dan membuat luka,
hingga aku terisak di balik bantal tak berbusa.
Tapi kamu, sayang,
tak pernah sekalipun peduli, malah berbalik dan berjalan keluar begitu saja.
Dan aku menjadi semakin benci pada diri sendiri, karena masih merasakan cinta dengan gilanya.

Hingga kuberanikan diri untuk keluar dari bui hati,
dengan niat membuang semua memori tak berarti.
Namun di balik pintu, kutemukan kertas dengan tulisan tanganmu begitu rapi,
yang seakan berkata lirih,
"Sayang, dunia ini begitu ngeri dan keji jika kamu hanya sendiri,
jadi lepas dan buang saja sepatu sempitmu ke kali,
dan lompatlah menaiki punggung ini.
Akan kubawa kamu kemanapun kau ingin hingga kita ringkih nanti..."