"Cardigan gue yang biru mana ya? Hmm.. Duh gila banyak banget ya ternyata barang gue.. Ramon kok belum dateng ya, katanya mau bantu beresin barang-barang.." Vena mengomel sendiri. Saat itu dia sedang membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba, ada yang masuk ke kamar kost-an nya. Vena menoleh.
"Woy Ven, jadi pindah lo?" tanya Irshad enggan. Vena mengangguk.
"Eh Shad.. Iya jadi nih. Haduh pusing banget gue, barang gue ternyata banyak banget.." keluh Vena.
"Ya bagus deh kalo lo pindah. Jadi udah gak ada yang bawel lagi," sambar Irshad, memalingkan wajah. Vena terkikik.
"Diih kenapa sih lo? Ada masalah sama gue? Kayaknya pingin banget gue cepet pindah.. Hahahaha.."
"Kagak papa. Lo kapan pindahnya?"
"Kata Ramon sih besok Shad."
"Loh, bukannya minggu depan Ven? Kenapa jadi besok?" Wajah Irshad menyiratkan keberatan.
"Ramon pingin gue cepet pindah Shad.."
"Oh....... Eh mau gue bantu gak? Sini gue bantu beresin.."
"Gak usah gak papa.. Ntar lagi juga Ramon dateng kok bantuin gue.. Hehe," jawab Vena. Irshad terdiam, menatap Vena lama. Suara-suara bergemuruh dalam pikirannya. Ia bingung. Perlahan, dimantapkannya hati, lalu ia mulai bersuara.
"Ven.." Baru saja ia memanggil Vena, namun Vena tiba-tiba memotong.
"Eh Shad, tolong ambilin scarf gue dong tuh di belakang pintu, gue gantungin.." pinta Vena. Irshad meraih scarf di dekatnya itu. Diulurkannya pada Vena. Vena menyambutnya dengan tersenyum manis sekali.
"Makasiiih..."
"Ven......"
"Iyaa apa Shad?" tanya Vena sembari tetap membereskan barang-barangnya.
"Kalo lo pindah, kita masih bisa tetep ketemuan kan?" tanyanya pelan, ragu. Vena terkekeh.
"Ya ampun lebay amat sih lo! Hahahahaha, bisalah, kita kan masih satu kota, kost'an gue yang baru juga ga jauh-jauh banget dari sini. Ya kapanpun lu mau, kita bisa kok ketemuan.."
"Emang dibolehin sama Ramon?" tanya Irshad lagi.
"Hehe. Iya juga ya. Gak tau juga sih."
"Jadi gini Ven, gue sayang sama lo, bukan sayang sebagai sahabat, tapi lebih dari itu, sayang seorang cowok ke pasangannya. Yaudah lah gak penting, lupain aja," ungkap Irshad tiba-tiba, membuat dunia Vena seakan berhenti sejenak. Otak dan hatinya masih mencoba memahami kata-kata Irshad barusan. Perlahan, emosinya tumpah.
"Irshad...... Lo ngomong apa sih?! Ngapain lo ngomong sekarang..... Kenapa mesti saat ini Shad? Kenapa coba hah? Gila lo!" serang Vena, air matanya mengambang. Irshad kaget, tak menyangka akan direspon seperti ini.
"Ya ampun Shad, sumpah ya, gue gak mau denger itu sekarang, gue gak mau, asal lo tau, dari zaman dulu kita masih pake putih abu, masih SMA, gue udah sayang sama lo, lo pernah sadar gak sih? Gue yakin kok lo tau.... Gue tau lo juga ngerasain hal itu kan? Tapi apa Shad.... Lo malah menghindar kan, malah jadian sama cewek lain! Sakit Shad, sakit perasaan gue..... Lo tau nggak kenapa gue mutusin buat nurut kemauan Ramon dan pindah dari sini? BECAUSE YOU NEVER ASK ME TO STAY......!" isak Vena. Air matanya berjatuhan. Emosinya tak tertahankan. Perasaanya yang selama ini dia pendam muncul ke permukaan. Irshad meraih kedua tangan Vena, menatap matanya.
"SO PLEASE STAY! Jangan pindah Ven...." kata Irshad lirih. Vena masih terisak. Irshad memberanikan diri memeluk Vena.
"Gue mau lo selalu ada disini Ven, buat gue. So, please stay......."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar