Selasa, 25 Juni 2013

So Please Stay.. (Part 4)

"Gue mau lo selalu ada disini buat gue. So please stay.. Jangan pindah Ven... Gue..." kalimat Irshad terhenti oleh kedatangan Ramon yang masuk sembari membanting pintu.
"Vena!" bentak Ramon sambil menatap penuh emosi ke arah tangan Vena dan Irshad yang saling menggenggam erat. Vena terbata.
"Ra.. Ramon.." kata Vena, kalimatnya terputus oleh rasa kaget dan isak tangisnya.
"Maksudnya apaan nih?" tanya Ramon keras.
"Enggak Mon, gak ada maksud apa-apa.." jawab Vena sambil menahan air mata.
"Gak ada apa-apa tapi kamu nangis? Terus ngapain pegangan tangan? Kebohongan apalagi sih yang kamu buat ke aku? Kamu mau sampai kapan kayak gini? " tanya Ramon frustasi. Air mata Vena mengalir deras. Ia tercekat, tak bisa menjawab. Hanya terisak sendu. Irshad hanya bisa terpaku. Ingin bicara, namun merasa tak ada hak. Ramon membentak Vena.
"Aku bisa stress gara-gara kamu doang Ven!"
"Mon, ini gak ada apa-apa, cuma perpisahan biasa, udah jangan diperbe.."
"Udah lo diam aja Shad! Lo diam, gue gak perlu bacot dari lo! Ini urusan gue, sama dia. Ven, kata kamu gak ada apa-apa, terus kenapa kamu nangis? Hah? Kamu nangis kenapa? Jawab Ven, bukan malah nangis!" bentak Ramon keras. Vena bersusah-payah menjawab.
"Nggak... Nggak ke.. napa-napa bene...ran...." jawabnya lirih.
"Aku gak suka kalo kamu kayak gini! Kamu kebanyakan nutup diri, ya kalo nggak ada apa-apa, kenapa mesti nangis?! Kamu ngomong pelan-pelan sama aku, mungkin aku bisa kasih solusi....." kata Ramon. Vena hanya bisa terisak-isak. Tak tahu harus mulai darimana. Tak bisa mengendalikan diri. Akhirnya, Irshad yang tak tega melihat Vena dibentak Ramon, angkat suara.
"Gini Mon. Gue, sayang sama Vena. Dari dulu, gue nyimpen perasaan ini buat Vena."
"Maksud lo apa Shad, hah? Apa? Lo tau kan dia pacar gue?! Hah? Lo sadar dong Shad!"
"Gue sadar, Mon. Gue sadar kalau gue udah nyia-nyiain Vena selama ini."
"Kenapa sekarang giliran gue yang milikin dia, hah?  Kenapa harus dia?! Masih banyak cewek yang lain!"
"Kalau lo tanya kenapa mesti dia, karena dia Vena. Gak ada yang lebih kenal Vena dari pada gue."
"Permainan macam apa lagi ini?" teriak Ramon. Vena menangis.
"Cukup Mon.. Shad.. Udah cukup.. Please udah.." Vena terisak.
"Lo tuh terlalu drama, Shad!" teriak Ramon tepat di depan batang hidung Irshad. Irshad hanya berkata pelan.
"Kalo lo janji bisa bahagiain Vena, gue bakal kasih Vena buat lo. Tapi ngeliat lo kayak gini sama dia, ketika lo lihat cewek nangis lo malah ngebentak, dimana sih perasaan lo? Dan, gak akan gue serahin Vena buat lo."
"Terus mau lo sekarang apa? Gue gak paham sama permainan yang kalian lakuin ini! Dia cewek gue!" kata Ramon.
"Gue mau lo putus sama Vena." Vena terisak. Entah apa yang ia rasa. Ia tak mau putus dengan Ramon, tapi ia juga tak ingin memiliki hubungan tak wajar seperti ini. Terlalu menyakiti batinnya.
"Ya gak mungkin lah.. Lo ngelucu Shad.. Ya lo siapa?" tanya Ramon.
"Ven..... Jujur sama hati lo Ven. Lo mau tetep stay disini, ngejalanin sama gue, mulai hubungan baru sama gue, atau tetep pergi sama Ramon?" tanya Irshad. Membuat Vena bingung, sukar memilih. Sambil masih terisak, ia mencoba bertanya pada hati kecilnya. Bertanya, siapa yang senyatanya ada dalam hatinya, siapa yang sebenarnya ia inginkan, ia butuhkan, ia cinta.
"Jawab Ven!" Ramon memaksa.
"Lo bisa Ven.. Jangan pilih gue cuma karena gue sahabat lo.. Percaya sama hati lo Ven.. Gue siap kecewa.." kata Irshad pelan. Memberi penghiburan. Dari sini Vena yakin siapa yang harus ia pilih.
"Ramon maafin aku......" katanya sambil menahan tangis.
"Maaf? Kenapa? Maaf kenapa Ven?" Ramon mulai tak enak.
"Maafin aku.. Aku milih untuk stay sama Irshad di sini.." jelasnya sambil tak kuasa menahan buliran air yang kian mengambang mengaburkan penglihatannya.
"Thanks Ven... Thanks.." kata Irshad. Pelan, namun ada senyuman haru di wajahnya.
"Ven. Gue gak akan pernah mau kenal sama lo lagi. Sampai kapanpun. Gak akan!" teriak Ramon sambil berlalu dari tempat itu. Irshad memeluk Vena.
"Tenang Ven, sekarang gak ada yang bisa nyakitin lo, gue janji................"

----------0----------

Sekian, turnuwun. Jangan kangen gue. Mwah :* :D

Blogger terlieur (dan terkece),
Yoyo ♥ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar