Aku menghempas pintu sekeras mungkin, bahkan ingin
terkesan sengaja.
"Don't be so naive to yourself like that!
Cinta itu cuma sampah!" teriakku keras di depan wajahnya yang nampak ketakutan
sekaligus menahan pilu. Mata bulatnya yang sejak dulu selalu kujaga agar tak menangis,
kini meneteskan bulir demi bulir rasa pedih dalam diam. Untuk sesaat, bibirnya
mulai bergetar pelan, hendak mengucap entah apa, namun tak kunjung bersuara
karena jelas terlihat rasa takut merasukinya dengan gila.
"Apa?! APA?!" Sebelum lancar ia berkata-kata,
kembali bentakanku menyayat pendengaran.
"APA!!!" bentakku untuk terakhir kalinya
pada malam itu.
Ia yang sedari tadi hanya diam menatap, akhirnya
mengangkat tangan kanan dan mengusap pipinya perlahan, berbalik mengambil tas
di sebelahnya dan berjalan pergi, meninggalkanku yang merasa puas tersenyum
dengan keberhasilan egoku di pertengkaran kami yang ke sekian kalinya.
***
Jelas, malam itu, aku ingin dia kejar seperti
biasa. Meraih tanganku lembut, memelukku dari belakang, kemudian membisikkan
kata maaf hingga aku kembali utuh ceria. Namun tidak dengan kenyataan, karena tepat
tiga bulan yang lalu, di malam itu aku hanya pergi dijemput sang hujan. Bukan, tak
seperti hujan yang biasanya kami tertawakan, yang biasanya selalu menjadi
pelengkap acara jalan-jalan dan kisah romansa kami berdua. Hujan malam itu membawa
rasa sakit yang tak kunjung reda hingga sekarang. Meski hanya menitik rintik
demi rintik, tapi tanpa jeda, tanpa rima, tanpa tawa.
Ah, percuma. Tak mungkin setelah sekian lama, ia
akan muncul membawa peluk hangat lalu kami kembali bahagia, batinku pelan.
Sepasang sepatu putih usang bergaris merah yang
selalu kupakai kini kulempar ke sudut kamar. Berjalan di sekitar komplek rumah
dan menangis hingga terbawa tidur, adalah dua cara ampuhku untuk cepat
melupakan. Untuk memendam dalam-dalam masalah apa saja yang dapat membuatku
kehilangan fokus dan akal sehat semampu yang kubisa. Tapi, tidur sudah. Mataku
berontak kala kupaksakan membaca buku yang ada di pangkuan. Di luar, gerimis
sang hujan berbisik dengan sendu dalam keheningan pagi yang masih terlalu buta.
Tidak, jangan tidur lagi, batinku
pelan berbicara.
Pandanganku beralih pada kasur yang kembali
menggoda. Terlalu menggoda, malahan, hingga menatapnya saja pun kelopak mataku
mulai terayun menutup. Spontan aku meluruskan duduk, dengan sedikit gelengan di
kepala. Keluar sajalah.
Berdiri dengan cepat, kupakai sepatu putih usang bergaris
merah itu dan bergegas menuju depan rumah. Tercium aroma hujan yang khas. Hmm... petrichor. But this time, without
you.
Dengan parka abu yang menutup hingga leher, hoodie di kepala, celana hitam, dan
sepatu kusam, aku mulai berjalan pelan. Tangan kiriku memasang earphone di kedua telinga, sementara
tangan kanan menyusup masuk ke dalam kantung parka, menekan tombol yang
menyalakan playlist acak seperti
biasanya.
Tak seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini tidak
ada tujuan. Tidak ke taman komplek, tidak ke tempat bubur langganan sarapan,
tidak tahu kemana. Pokoknya jalan saja, tanpa tujuan, dengan musik bervolume
penuh di telinga, biar ramai dan lupa. Aku
hanya ingin berjalan menjauh saja dari semua kekalutanku, dari kecemasanku,
dari kamu.
Taylor Swift - If This Was a Movie
Come back, come
back, come back to me like you could, you could, if you just said you’re sorry,
I know that we could work it out somehow, but if this was a movie you’d be here
by now
Salah lagu,
batinku pelan. Jelas, kisah cintaku bukan sebuah film layar lebar, dan setelah
semalam, jelas sudah ia tak akan kembali merengek seperti biasa. Jalanku
semakin cepat, bahkan tanpa memperdulikan hujan yang semakin lebat. Kepalang
tanggung lah.
Charlie Puth ft. Selena Gomez - We Don’t Talk Anymore
There must be a good
reason that you’re gone, every now and then I think you might want me to come
show up at your door, but I’m just too afraid that I’ll be wrong
Ya, mungkin hanya anganku saja. Ia sudah lelah
dengan manjaku yang menyusahkan, mana mungkin ia masih mengharapkan aku muncul
lagi? Bertanya kabarku saja pun sudah tidak. Mungkin aku malah akan diusir.
Alessia Cara - Here
But really I would
rather be at home all by myself, not in this room with people who don’t even
care about my well-being, I don’t dance, don’t ask, I don’t need a boyfriend,
so you can go back, please enjoy your party, I’ll be here
Ha! Aku tak butuh kamu, teriakku bisu.
Mulutku tanpa suara ikut bernyanyi sambil sesekali terpejam, menikmati irama
dan mulai yakin kalau aku mampu melupakan.
Tove Lo - Habits (Stay High)
You’re gone and I
gotta stay high all the time, to keep you off my mind, spend my days locked in
a haze, trying to forget you babe, I fall back down
Walaupun tak separah liriknya, aku memang sudah
berusaha keras melupakan. Menyibukkan diri dimana-mana, berusaha tidak menatap
pesan-pesan lama, apapun demi melupa.
Shawn Mendes - Stitches
Tripping over
myself, aching, begging you to come help, and now that I’m without your kisses,
I’ll be needing stitches
Memang usahaku sudah sedemikian rupa, tapi tetap
saja tak bisa menipu. Luka yang tersisa masih menganga, dan tak diacuhkan
barang sedetikpun. Setelah semua yang dilalui bersama, pada akhirnya tak ada
lagi kamu.
Bruno Mars - It Will Rain
‘Cause it would take
a whole lot of medication, to realize what we used to have, we don’t have it
anymore
Langkahku makin pelan, tanpa sadar mengimbangi lagu
yang mengalun pilu. Air mata mulai menggenang di pelupuk. Bahkan hujan pun
mengerti dan kini semakin deras, walau aku tetap saja acuh tak peduli walau
harus basah kuyup.
Paloma Faith - Only Love Can Hurt Like This
Say I wouldn’t care
if you walked away, but every time you’re there I’m begging you to stay, when
you come close I just tremble
Benar yang selalu ayahku bilang tentang cinta.
Selalu sama saja, selalu luka, selalu sisa tiada. Seperti teriakmu malam itu,
kalau cinta cuma sampah. Tangisku pecah.
Imagine Dragons - Radioactive
I’m waking up, I
feel it in my bones, enough to make my system blow, welcome to the new age, to
the new age, welcome to the new age, to the new age
Seakan tersadar dari berbagai lamunan cengeng tadi,
kini aku berjalan dengan cepat, basah namun lebih semangat. Ya, sudah cukup.
Sudah saatnya lembar cinta aku tutup rapat-rapat.
Linkin Park - Numb
I’m tired of being
what you want me to be, feeling so faithless, lost under the surface, don’t
know what you’re expecting of me, put under the pressure of walking in your
shoes
Hujan makin gila seakan tahu lagu di telingaku
sedemikian menyeruaknya. Masa bodoh. Hari
ini, galauku harus selesai!
Avril Lavigne - Wish You Were Here
I can be tough, I
can be strong, but with you it’s not like that at all, there’s a girl that
gives a shit, behind this wall, you just walked through it
Sialan, kembali lagi ke lagu sentimental seperti
ini. Kusut sudah jalan pagiku kini. Terlalu banyak emosi yang tumpah. Membuat
jantungku protes karena lelah. Membuat adrenalinku naik-turun seperti orang
payah. Membuat khayalku terbang tak terarah. Tak jelas sudah.
Nafasku masih sesak dan batinku masih jengah,
ketika hujan tiba-tiba mulai reda. Aku mengangkat kepala. Tiba-tiba saja kini
aku berdiri di depan rumahnya yang sepi ditemani rintik hujan yang jatuh dengan
pelan. Sudah tiga bulan. Nafas lelah terhela. Masih tidurkah? Lampu kamarnya
masih menyala samar dari sela jendela.
Coldplay - Fix You
Lights will guide
you home, and ignite your bones, and I will try to fix you
Haruskah aku mendekat dan mengetuk? Mungkin kata
maaf kini masih berlaku. Mungkin sudah bukan waktunya lagi untuk mengedepankan
ego dan malu. Lagipula, sudah tak nyaman terasa sepatu ini dengan air bekas
hujan tadi yang merembes penuh gerutu.
Lady Antebellum - Need You Now
It’s a quarter after
one, I’m all alone, and I need you know, said I wouldn’t call but I lost all
control and I need you now, and I don’t know how I can do without, I just need
you now
Tanpa kusadari, kakiku melangkah tanpa seizing logika.
Maju lalu diam mematung di depan pintu, dengan tangan kiri kini melepas earphone sebelah kiri. Pelan, kuketuk
pintu dengan ragu.
Satu.
Dua.
Tiga.
Hampir aku berbalik hendak pulang ketika pintu
mengayun terbuka. Ia disana, dengan wajahnya yang terkejut. Sama denganku, earphone miliknya satu di telinga kanan,
pasangannya tergantung di bahu kiri.
Adele - Hello
Hello, it’s me, I
was wondering if after all these years you’d like to meet, to go over
everything, they say that time’s supposed to heal ya, but I ain’t done much
healing
“Hei...” ucapku lirih. Tak tahu harus berkata apa,
tak menyiapkan kalimat yang cukup layak.
“Aku... minta maaf.”
***
Ada Band - Manusia Bodoh
Tiada yang salah,
hanya aku manusia bodoh yang biarkan semua ini permainkanku berulang-ulang kali
Aku tertegun. Bagaimana mungkin setelah tiga bulan
lamanya aku berusaha acuh sekuat tenaga, kini ia di hadapanku meminta maaf
dengan sekujur tubuh yang basah kehujanan. Sejahat inikah efek dari diamku?
Padahal aku diam karena merasa bersalah sudah sekeras itu padanya di malam tiga
bulan lalu. Bodoh, batinku pelan,
bukan padanya tapi pada diriku sendiri.
Tangga - Terbaik Untukmu
Mungkin ku cuma tak
bisa pahami bagaimana cara tunjukkan maksudku, aku cuma ingin jadi terbaik
untukmu
“Aku yang maaf...” sahutku pelan. Aku tak terpikir
untuk mengatakan semua yang bergejolak di kepala. Lidahku terlalu kaku, nyaliku
terlalu ciut. Terlanjur merasa bersalah dan malu sudah menyakitinya sedemikian
pilu.
Dygta - Kesepian
Ku rindu disayangi,
sepenuh hati, sedalam cintaku, setulus hatiku
Ia hanya diam menatap dalam ke arahku, dengan air
mata yang menggenang di pelupuknya. Rasa bersalahku kian kuat.
“Maaf, untuk membuatmu serapuh ini, untuk
semuanya...” Kuberanikan diri menyentuh pipinya yang dingin dan mengusapnya lembut.
Bibirnya bergetar pelan, tapi bukan untuk menangis. Ia tersenyum penuh haru
dengan tangis yang akhirnya meledak. Peluk menghambur.
Aerosmith - I Don’t Wanna Miss a Thing
I don’t wanna close
my eyes, I don’t wanna fall asleep ‘cause I’d miss you baby, and I don’t wanna
miss a thing
‘Cause even when I
dream of you, the sweetest dream would never do, I’d still miss you, baby, and
I don’t wanna miss a thing
Kali ini dari playlist
kami berdua yang secara bersamaan memainkan lagu yang sama. Kami yang sama-sama
terbiasa mendengarkan lagu sekencang mungkin sama-sama tertegun. Sekebetulan
itu. Ia menengadah ke arahku tanpa melepas peluknya. Tersenyum manis, yang
membuat aku tak tahan untuk tak mengecup keningnya lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar