Satu cerita untuk Ma.
Tadi siang Ma menelpon, masih sama dengan biasa. Menanyakan pukul berapa aku pulang, apa
yang sedang aku lakukan, dan apa yang sudah aku lakukan di sekolah.
Ma bilang, kemarin Ma sudah membaca ceritaku yang kemarin lalu.
Cerita tentang rasa cinta, dan hubungan mengenai cinta itu sendiri terhadap waktu.
Ketika Ma bicara seperti itu,
Aku bingung harus bereaksi apa.
Aku hanya bicara tanpa jelas arahnya.
Sekedar berkata 'ah', 'uh', 'eh'. Dan sebagainya.
Pembicaraan dengan Ma sangat singkat.
Hingga pada akhirnya Ma menyudahinya, karena harus kembali bekerja.
Singkat. Aku berbicara pada Ma tak pernah dalam waktu lama. Tidak selama seperti aku ditelpon kekasih.
Atau bahkan. Ditelpon lelaki yang sedang ku dekati.
Pembicaraan dengan Ma selalu singkat.
Bahkan tidak lebih dari 5 kali aku memejamkan mata.
Sorenya, aku menonton suatu film Jepang.
Tokyo Tower.
Cerita tentang Me, Okasan, and sometimes Otosan.
Cerita tentang seorang Anak, Ibu, dan kadang Ayah.
Setiap episodenya membuatku tersentuh dan terhindar dari kantuk.
Banyak pesan yang bisa aku ambil dari cerita-cerita itu.
Membuatku teringat tentang Ma, dan Pa.
Ma, kali ini, aku ingin membuat satu cerita untuk Ma.
Mungkin, tidak sepanjang seperti yang Ma inginkan.
Tapi ini mungkin sedikit berhubungan dengan cerita yang aku post tanggal kemarin.
Mengenai waktu dan rasa sayang, dan penyesalan.
Ma. Mari kita mulai. :)
Ma.
Kakak sudah besar.
Sudah putih abu, dan bahkan sebentar lagi, akan melanjutkan kuliah. :)
Dan sekarang sudah terpisah jauh dari Ma, Pa, dan saudara yang lain.
Bukan raga kita semua yang terpisah. Tapi waktu kita. Kakak sekarang sudah mulai punya dunia sendiri. Sudah jarang mengobrol intim bersama semuanya.
Kakak disini baik-baik saja. Kakak sudah belajar untuk berusaha hidup lebih sehat. Meskipun sering sakit tanpa Mama tahu. :)
Ma.
Kakak sudah besar.
Sudah putih abu, dan bahkan sebentar lagi, akan melanjutkan kuliah.
Dan kadang, Kakak berpikir.
Kakak sudah segini besar.
Bukankah, sudah hampir menuju hari-hari tanpa serumah dengan Ma, Pa, dan saudara yang lain?
Maksud Kakak, Kakak sudah sebesar ini.
Sudah saatnya memikirkan jurusan kuliah nanti, pekerjaan, hidup mapan, dan apa yang bisa membuat Kakak tak bergantung lagi pada Ma dan Pa.
Ketika itu. Kakak berpikir bahwa kadang waktu bermain curang, memutar
seenaknya, sehingga menjadi lebih cepat dari biasanya dan tak pernah
bisa diulang.
Ma, masih banyak yang ingin Kakak lakukan untuk Ma dan Pa.
Sebelum-sebelumnya.
Masih merasa malu dengan perayaan hari-hari besar.
Seperti hari Ibu, yang sebenarnya Kakak tak bisa memberikan apa-apa,
bahkan untuk meringankan pekerjaan Ma saja hampir-hampir tidak pernah.
Seperti hari Ulang Tahun Ma, yang Kakak hanya bisa mengucapkan ucapan selamat ulang tahun. Tanpa hadiah, tanpa kado.
Seperti hari raya bermaaf-maafan, Kakak hanya bisa meminta maaf, tanpa menangis.
Ma.
Di film Jepang yang Kakak beritahu, meskipun Kakak baru menonton pada episode 4, tapi Kakak sangat kesal dengan anak itu, anak dari Okasan and Otosan.
Menjadi anak yang hampir bisa di bilang egois.
Dimana sang Ibu bekerja keras, dan si Anak berada dalam posisi yang goyah di kampusnya, berbeda kota.
Si anak pernah menghabiskan uang hasil jerih payah Ibunya dengan tidak bijak.
Bisa ditebak, harapan si Ibu dapat dengan mudahnya menguap di tangan si Anak.
Hingga di akhir film satu episode, Kakak berpikir.
Apa jangan-jangan, Kakak juga demikian?
Ma, tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa Kakak adalah anak yang mengecewakan dan tanpa harap.
Sama halnya di film itu.
Ma, hanya meminta Kakak berjuang dengan sungguh-sungguh, dengan semangat, tanpa melupakan Tuhan.
Karena Ma, disana juga berjuang demi Kakak, Pa, dan saudara-saudara, dan 2 orang adik Kakak.
Itu membuat Kakak menjadi menyesal.
Karena pernah berlaku tidak sungguh-sungguh.
Pernah menganggap remeh.
Entah itu dalam pelajaran, piano, menyanyi, organisasi, menulis, praktek, dan hal lain.
Sedangkan Ma, selalu tidur dalam larut.
Lebih larut dari siapapun.
Untuk mengerjakan semua yang bisa Ma kerjakan.
Semalam suntuk.
Dan pada saat itu, kadang Kakak malah asik menelpon kekasih.
Maaf Ma.
Ma.
Tulisan ini membuat Kakak mengerti banyak hal.
Mengerti bahwa sekarang Kakak tidak pernah berusaha sendirian.
Ma disana.
Sama halnya berjuang keras.
Seperti Kakak.
Mari, Ma.
Kita berusaha lagi.
Lakukan yang terbaik!
Dan Ma,
Kakak ingin ucapkan terima kasih.
Kadang Ma menjadi seorang yang melindungi Kakak, orang yang benar-benar berusaha mengerti Kakak dari hati.
Menjadi teman curhat, dan mencoba membujuk Pa untuk mengerti apa mau dan maksud Kakak.
Ma.
Maaf, untuk semua-semua ketidak sungguh-sungguhan Kakak.
Maaf, pembicaraan kita di telpon yang sangat singkat.
Maaf, Kakak masih terjebak dalam keadaan yang malu untuk ungkapkan sayang.
Malu untuk mengatakannya langsung.
Mungkin dari tulisan yang “agak panjang” ini,
Ma bisa mengerti bahwa Kakak selalu menyayangi Ma.
Dan ingin melakukan yang terbaik yang Kakak bisa.
Untuk Ma, Pa, keluarga, dan Kakak sendiri. :)
Love you, Ma. :)
Happy 'late' Mom's Day.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar