Selamat pagi!
Selamat pagi, Ma, yang sudah sibuk dengan semangat menyulamnya sejak matahari baru nongol ogah-ogahan.
Selamat pagi, Yah, yang derap langkah menuju teras depan tempat motornya terpakir sudah terdengar sebelum aku sempat mengumpulkan segenap nyawa untuk terjaga.
Selamat pagi Nyong, yang sempet-sempetnya ganggu sisa-sisa mimpi cuma buat nanya, "Jaket aku yang kemarin kamu pake ditaruh dimana?!".
Selamat pagi, Ver, Mon, yang selalu sigap berdedikasi tinggi menyiapkan nasi dengan telur ceplok plus kecap untuk kakak kalian yang selalu kesiangan karena selalu begadang ini, meskipun baru bakal gue makan beberapa jam kemudian.
Selamat pagi, Lang, Tem, Ren, yang siap siaga bersiul-siul merdu ala kenari penyanyi minta makan dan minta dimandikan dari kandang di luar sana, bikin kedua telinga gue makin nempel aja ke dalam bantal. Gara-gara Ayah pergi memancing sejak pagi, gue jadi berkewajiban mengurus kalian.
Selamat pagi kopi hitam, nasi, telur ceplok, dan kecap.
Selamat pagi juga kepada pagi, awal hari, matahari, sisa-sisa mimpi, dan hal-hal yang melintas di benak, aliran keluar-masuk otak, beberapa untuk teringat dan lainnya untuk terlupakan.
Selamat pagi semua.
Bulan Februari tiba-tiba jatuh tepat di hari ini.
Beberapa, antusias menyambut bulan kedua di kalender, dengan segala macam harapan, rencana liburan di sela-sela kepadatan, atau malah jadwal ujian dan tambahan pekerjaan.
Beberapa, mulai menandai tanggal-tanggal penting, tidak mau terlewatkan apa-apa yang harus dirayakan ataupun dikenang. Hari Valentine, hari Peristiwa Kapal Tujuh, hari Wartawan, hari Pasukan Kavaleri, hari Farmasi, atau sekedar hari-hari ulang tahun kerabat dan sahabat.
Beberapa, menyukai bulan ini. Saatnya menyiapkan pernak-pernik terbaik untuk memulai hingga mengakhiri bulan ini dengan berdansa bersama kebahagiaan.
Beberapa, membenci bulan ini. Yang datang terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, mengusik ketenangan, mengingatkan, berapa banyak hari-hari ke belakang yang terbuang sia-sia, dan cita-cita yang belum sempat terwujud sampai awal bulan ini datang.
Gue, ada di antara. Seperti biasa, enggan memihak. Satu sisi menyukai dan sisi lain membenci. Februari.
"Gila, tiba-tiba udah Februari aja!"
"Kalau sisa-sisa resolusi gak tercapai sampe bulan ini berakhir, berarti harus mengikutsertakannya lagi di antara resolusi bulan depan."
Sepertinya memang iya, untuk yang satu itu.
Ah, tapi siapa bilang Februari ini sendu?
Setiap suka, setiap duka, setiap senang, setiap susah, setiap untung, setiap sial..
Setiap tawa, setiap air mata, setiap dosa, setiap asa..
Setiap cinta..
Setiap luka..
Toh bisa hadir pada bulan apa saja.
Jadi, gue mau mengabaikan titel bulan apa ini. Cukup tahu saja. Lalu sebaiknya gue menatap ke depan dan ancang-ancang angkat kaki, berlari.
Gue nggak akan pernah tahu kesempatan emas macam apa yang menunggu di hadapan, kalau gue selalu berjalan menunduk, atau bahkan melihat ke belakang.
I'm so much stronger than you think.
Cheers! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar