Gue kangen banget nulis di blog kesayangan gue ini. By the way, this might be my last post menjelang akhir 2013 ini. Ngomong-ngomong soal 2013 I think this is my worst year ever cause everything just like awkward and all my plans just seems like some bullshit.. Semoga 2013 kalian gak sehancur gue. Dan semoga di 2014 nanti semuanya bakal berjalan dengan lancar dan gak ada masalah yang berlebihan.. Amen.
Anyway! I wanna tell something to you guys. Bukan tell sih sebenernya.. tapi story. Kejadiannya udah cukup lama sih, sekitar hampir setaunan kemaren, tapi belum pernah gue post jadi ya apa salahnya. Kebetulan gue lagi gak ada bahan postingan ataupun ide buat cerpen jadi yaa I choose to do this flashback time.
-
Pernah gak sih lo terbawa euphoria? Saat mungkin lo jomblo dan orang-orang sekitar lo ternyata punya pacar dan lo cuma bisa "Oh My God! Jadi cuma gue yang single?!" dan lo mencari, mencoba, dan akhirnya jatuh terlalu dalam? Dan semua itu bener-bener jauh dari apa yang lo planning-kan sebelumnya..
-
Hari itu, gue dan bisa dibilang sohib gue (merangkap mantan), Rega, celingak-celinguk di sekitaran foodcourt BIP cari orang yang pake baju warna hijau. Banyak sih, tapi kita rasa bukan mereka. Gue sudah mulai deg-degan takut kalo Rega dikerjain. Rega memiliki janji untuk ketemuan sama seseorang yang katanya itu sahabat kecilnya. Sahabatnya ini dulu di Bandung, tapi pindah ke Malang. Nah ceritanya nih dia balik lagi ke Bandung dan nelpon Rega buat ngajak temu kangen. Rega ngajak gue hari itu buat nemenin dia. Awalnya gue iya-iya aja, tapi kok sudah satu jam orang yang dicari gak muncul juga. Gue bingung dan merengek pulang sama Rega, terbesit di pikiran gue untuk gak jadi ikut aja, tapi Rega kekeuh mencari orang itu.
Seketika, ada bapak-bapak yang memanggil gue dan Rega. "Hey kalian!" serunya. Gue menyenggol tangan Rega. "Siapa tuh Reg? Jangan-jangan psikopat." Gue yang di masa itu lagi rajin baca novel maniak-maniak pembunuhan langsung gemeteran. Rega cuma pasang tampang konyol. "Ya ampun Yo, itu bukan psikopat, itu ayahnya sahabat aku! Yuk samperin yuk," ajaknya sambil menarik tangan gue. Gue langsung lega setengah mati denger penjelasan Rega. Setelah bersapa ria sambil Rega ngenalin gue ke bapak-bapak itu, dia menggiring gue dan Rega menuju sebuah meja di dalam D'Cost.
Gue masih tetap celingak-celinguk dan sesekali mengecek handphone gue, siapa tau ada yang nyariin gue atau apalah. Rega juga ikut ngoprek-ngoprekin handphone gue, biasalah iseng. Akhirnya kita main Coin Dozer sambil nunggu sahabatnya Rega yang ternyata belum dateng, katanya telat. Di sela kesibukan kami, seorang cowok terburu-buru dan langsung duduk di kursi kosong tepat di sebelah gue. "Duh cape! Ayah, maaf ya aku telat, lupa tadi kalo harus kesini hehehe, eh Reg apa kabar? Long time no see hahaha!" katanya sambil berjabat tangan dengan Rega tanpa menghiraukan gue yang berada tepat di tengah-tengah mereka. Dia lalu ngedumel tentang dia yang seharusnya manggung juga di hari itu. Kepo banget ya gue.. tapi.. tunggu. Manggung? Dia.. anak band? Gue lihat sesekali ke arah dia untuk memastikan apa bener dia anak band, dari cara berpakaiannya sih.. Bisa dibilang iya pake banget. Tapi.. Wajahnya yang cengengesan bikin gue sedikit mengangkat alis. Ini anak kok gak sopan banget sih, pikir gue dalam hati yang lalu buyar karena sembari tetap bermain Coin Dozer.
Disinilah semuanya bermulai. Setelah itu, gak begitu lama setelah ayahnya pesan makanan, dia nyeletuk, "Eh siapa nih Reg? Gak dikenalin sama gue," katanya. Rega menjawab, "Oh iya lupa, hehe ini Yoana, panggil aja Yoyo, dia cees gue haha, mantan juga sih hehe.." Gue dengan senyum yang kayaknya keliatan banget senyum terpaksa, mengulurkan tangan menjabat sahabat Rega itu. Dia nyambut tangan gue sambil tetep cengengesan. Setelah itu gue melanjutkan kembali bermain Coin Dozer. Lagi serius main, tiba-tiba dia ngomong sambil megang pundak gue, "Eh, kamu, Yoyo, mau cappuccino gak? Pesen gih! Hahaha kan Ayah yang bayarin, ya gak Yah?" Putra, tiba-tiba menawarkan cappuccino ke gue. Siapa namanya tadi? Ah iya.. Putra. Tiba-tiba gue tersentak. "Hah? Aku?", "Iya, kamu mau gak? Pesen gih!" dengan muka ramah campur cengengesan yang agak bikin gue mengerutkan dahi. Kenapa harus cappuccino? Kenapa dia bisa tau kalo gue suka banget cappuccino? Entah kenapa gue memutuskan untuk mengangguk dan mengiyakan. Dan akhirnya 1 gelas ice cappuccino sudah berada di tangan gue. Gue sesap sesekali sambil melakukan kebiasaan buruk gue, ya.. gigitin sedotannya. Dan gue akhirnya memutuskan untuk bicara. "Makasih ya." ujar gue yang disambut oleh senyuman Putra yang.. gak begitu menyebalkan seperti tadi. Senyum yang ramah, hangat dan.. sedikit cute. Gue lalu menarik tangan Rega yang sedari tadi sedang mengeceki BlackBerry-nya dengan muka tertekuk. "Apaan sih?!" keluh Rega, "Reg.. kok.. dia baik ya sama aku hahaha.." bisik gue ke telinganya. "Yaelah Yo, geer banget sih.", "Iiiih Rega serius.. tuh-tuh mana cuma aku yang dapet. Malah kamu yang sahabatnya aja dia gak tawarin masa.." ujar gue yang memaksa Rega untuk mengiyakan. "Yoyo, Yoana.... denger ya. Nih.. ja-ngan ge-er du-lu!" Ujar Rega. "Huu bilang aja cemburu," jawab gue jutek. "Emang, wle," sahutnya menjulurkan lidah lalu kembali bersandar ke kursi dan mulai mengeceki BB-nya lagi. Dasar cemburuan, pikir gue. Gak lama, semenjak Putra menawari gue cappuccino, Rega jadi ikut-ikutan minta ke ayahnya Putra. Gue sedikit tersipu, "Kok lucu ya. Disini ada sahabatnya sendiri, tapi kenapa harus gue yang ditawarin sama Putra? Ah, yaudahlah ya, toh mungkin dia cuma asal-asalan," batin gue yang lanjut sibuk memainkan Coin Dozer.
-
"Reg, barusan temen gue nelpon katanya gue dapet tawaran nyanyi lagi buat minggu depan!"
"Asik dong, kali-kali ajakin gue ya! Duet kita haha suara gue udah cakepan nih sekarang bisa ngalahin lo," sahut Rega sambil mengemasi tas nya. Waktu itu sudah hampir jam 8 malam, ayah Putra sudah pulang duluan, dan kami juga bersiap-siap untuk pulang. Gue dengan tidak sadarnya mengucapkan selamat ke Putra, "Eh iya, selamat ya, cieee.. Nyanyi nih! Hahaha," canda gue padanya. "Hahaha makasih ya, iya nih hehe," cengengesannya mulai kembali dicampur dengan sikapnya yang malu-malu malah bikin gue jadi bertingkah awkward. Gue lupa sesuatu. Dia umurnya berapa ya? Mampus gue pake acara sok akrab pula. "Kamu umur berapa? Kelas berapa?" ucapannya yang pas dengan apa yang gue pikirkan saat itu. Gila ini orang, punya kekuatan apa?! Gue jawab dengan nada sebiasa mungkin, "Kelas 1, hehe. Kamu.. kuliah juga ya kayak Rega?", "Iya kuliah," jawabnya santai. Mampus gue.. tapi gue memutuskan untuk melanjutkan percakapan. Kami sempat mengobrol agak lama, sampai Rega mengajak gue pulang. Hampir jam 9. "Duh.. sayang sekali ya," batin gue. Dan dengan gak nyambungnya, gue bertanya sama dia, "Punya Twitter kan? Follow dong hehe." What?! Bego.. banget. Pertanyaan basa-basi macam apa lagi itu?! Astaga yaudahlah, terlanjur! "Punya laah... hahaha," ucapnya tergelitik, kayanya gue kelewat basi.. Dan setelah dia mengangkat tubuhnya berdiri, pamit ke gue dan Rega lalu sebelum dia nyaris keluar dari cafe itu, gue berteriak ke arah dia, "Jangan lupa di follow ya! Ntar di followback kok. Daaaah!" ucap gue yang kemudian heran sendiri, kenapa gue ngomong gitu. Dia lalu melambaikan tangannya ke gue dan berlalu.
"Reg.." ucap gue di parkiran motor, "Reg..", "Apaan?" ujar Rega sembari mengelap jok motornya. "Putra kalo diliat-liat emang nyebelin ya. Tapi.. ganteng juga sih hahaha,", "Yo... Yo... iya deh serah.", "Kalo gue ngeceng gimana? Ngeceng doang Reg, gak mungkin juga sih lagian kita bisa deket.. Kamu nya gak usah cemburu juga hehe kan ngeceng doang," ucap gue sembari senyum pasrah sambil liat ke arah langit yang malam itu diselimuti awan tebal. "Yo... belum cukup diharkosin sama cowok-cowok yang sesudah kamu putus dari aku itu? Kamu mau kena harkos buat yang ke-sekian kalinya? Hahaha," kata-kata Rega yang meskipun kurang jelas karena sambil nyetir motor itu.. ada benernya juga. Dalem.
-
LED handphone gue kedap-kedip biru. Siapa ya... pikir gue. Gue lalu mencabut charger dan meng-unlock handphone gue. Twitter. Pagi gini siapa yang mention?
_______________________________________________________________________________
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Putra Y.
@putraydha
"Heh! Minta di unfoll nih... (ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) @yoanavsm"
29Oct, 2012. 7.04a
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
________________________________________________________________________
Jantung gue berdebar kencang. Dia menepati janjinya. Padahal username Twitter gue sama sekali gak gue eja, kenapa dia bisa tau dan nemu Twitter gue?
________________________________________________________________________
What's happening?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hehe.. followed ka Put :p RT @putraydha: Heh!.. Minta di unfoll nih... (ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) @yoanavsm"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
| Tweet. |
________________________________________________________________________
Done. Tweeted. Gue deg-degan setengah mati. Kenapa dia sampe bisa
se-kepo ini sama gue. Gak lama dia membalas lagi tweet gue. Dan terus
berlanjut sampai besok, besoknya, besoknya lagi. Dia bilang dia gak mau
gue panggil "kakak", cukup Putra katanya. Dan sebaliknya, gue juga gak
mau dia panggil "Yoana", cukup Yoyo.
Notification DM (direct message) Twitter gue memunculkan bintang warna merah tanda ada DM yang baru masuk.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Yo, bagi nomer handphone dong."
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Nice try, Put." Gue lalu memberikan nomor handphone gue ke dia lewat DM.
Gak lama kemudian android gue LED nya berkedip hijau juga. SMS. Ternyata Putra.
P: Yo, kapan-kapan main yuk, kapan nih bisanya?
Y: Selasa kayaknya, Senin aku main sama Rega. Kamu? Atau kamu mau ikut aja?
P: Yaudah deh Selasa aja, abisnya aku gak ada temen..
Y: Oh, mau Selasa? Boleeeh.
P: Iya hehe..
Y: Okedeh!
Dan dari basa-basi sesingkat itu, tidak terasa waktupun terus berputar
dan kami, khususnya gue, dibutakan oleh chat yang semakin intensif
setiap harinya..
-
"Nick has changed profile picture 1 minute ago."
Gue yang sedang melihat-lihat Facebook lalu terhenyak saat gue membuka beranda.
Nick..
Apa Putra.. cuma jadi pelampiasan gue akibat Nick? Apa Putra bisa bikin
gue lupa sama Nick? Atau... Putra sama aja kaya Nick? Gue gak mau
berharap banyak dari Putra. Gue gak mau berharap banyak... Sama seperti
apa yang gue lakuin ke Nick. Cukup... Cukup sakit hati gue ngeliat Nick
yang ternyata lebih milih orang lain daripada gue.
Gue melempar android gue ke kasur. Semua isi otak gue bercampur aduk,
bertubruk dengan isi hati yang gak mau kalah untuk mengamuk. Di satu
sisi, gue masih mengharapkan sosok Nick yang begitu manis. Sosok Nick
yang begitu perhatian dan bisa dibilang dia rela dan mau untuk selalu
ada di samping gue. Di satu sisinya lagi... gue harus survive dengan kenyataan yang ada depan mata gue, gue masih beranggapan kalau semua hal yang Nick pilih adalah mimpi dan bohong. Dan combo-nya
lagi, gue juga harus tetap bertindak sewajarnya ke Putra. Lagipula gue gak enak hati sama Rega. Gue gak mau
semuanya keulang dengan sangat detail. Gue takut percaya. Terlalu
percaya. Gue sudah cukup muak untuk merasakan yang namanya broken heart lagi. Gue mohon cukup..
"Ya Tuhan... kenapa? Kenapa harus gue yang merasakan semua ini? Gue pingin fokus.. Gue pingin lolos!"
-
Suatu malam di bulan November yang tenang, gue mendapati Putra yang
lolos audisi menyanyi. Gue
yang ikut menyupport Putra, gak mau rugi.
"Put, traktiran dooong? Kan aku udah bantu support dan doa hehe.."
"Traktir? Apaan tuh? Hahaha, apa ya.. Oh iya, Breaking Dawn Part 2
kan baru keluar, nonton yuk?!" ujar Putra kegirangan yang tiba-tiba
membuat gue terdiam lagi. Kenapa dia sebaik ini sama gue?
"Boleh-boleh, kan gratis! Hahaha :D" gue mulai meng-input emoticon ":D" di dalam balasan tweet-gue.
"Kapan?" ujar dia kembali netral.
"Bebas deh, gimana yang nraktir aja :D"
"Besok aku gak bisa, lusa aja deh, gimana? Berarti.. Sabtu. Oke?"
"Oke deh, haha asiiiik!"
Dan percakapan di Twitter pun gue akhiri dulu. Ada yang janggal dalam
percakapan gue sama Putra kali ini. Tapi gue gak tau bagian mananya.
Hmm..
Tunggu..
Sabtu?
Berarti........ Malam minggu?
Jadi.. artinya......
HAH?! ....... NGEDATE?!?!
-
Jalanan agak lumayan sepi. Gue yang di jemput Putra ke rumah langsung meluncur ke BCW. Dia tampak sangat rapi. Dia memakai sweater berwarna hitam, jeans gelap, sepatu kets hitam, flat cap atau biasa dibilang "topi pelukis", dan membawa tas kecil. Dia... dandannya beda banget. Sementara gue yang saat itu memakai kemeja chiffon putih polos, tank top hitam, jeans, dan flat shoes abu-abu, ditambah kalung dream catcher dan tas coklat kecil. Kok... bisa se-matching ini?
Menurut info yang kami dapat dari temen-temen kami setelah survei, cuma BCW yang antriannya gak begitu panjang, gak seperti mall-mall lain. Setibanya kami disana, kami mengantri cukup lama dan akhirnya mendapatkan tiket. "Put, jam 5 nih kita nontonnya. Sekarang kemana dulu dong...." ucap gue sambil menatap tiket yang lalu gue masukkan ke dompet. "Mmm.. makan aja yuk? Laper nih.." Putra yang mengusap-usap perutnya lalu menarik gue untuk turun ke bawah.
Kami akhirnya masuk ke salah satu tempat yang asing buat gue. Semacam kedai Sisha. Sisha, Rokok Arab biasa orang banyak menyebutnya. Yang menggunakan tube meliuk-liuk yang tinggi dan memiliki variant rasa yang banyak, ada buah-buahan, kopi, teh, sampai aroma bubble gum. Jujur,
ini pengalaman gue berhadapan langsung dengan benda-benda seperti ini.
Dan hal-hal ini sempat membuat gue risih. Tapi... Putra... kenapa dia
bisa bikin gue dengan gampangnya berhadapan sama semua hal ini?
Kami pun langsung duduk dan Putra memanggil waiters. "Kamu mau pesen apa? Cobain Sisha deh, pasti belum pernah yaaa?" tatapan sinis Putra yang jahil bikin gue gak bisa memalingkan wajah kemana-mana karena dia duduk tepat didepan gue. "Gak mau ah. Gak suka. Lagian kata Mama gak boleh!" canda gue
pada Putra sembali mengalihkan perhatian ke menu. Lagipula emang nyokap
gue melarang gue untuk berhubungan dengan hal-hal yang bisa
membahayakan kesehatan gue. "Ayolaaah.. cobain deh, gak bahaya kok, enak tauuuu!" sambil mohon-mohon ke gue, akhirnya gue bilang "Yaudah terserah, kamu aja, aku nyoba aja sekali, titik! Aku pesen es krim aja." dan menu pun diangkat dari meja kami. Beberapa saat kemudian.. "Duh pegel, tukeran kursi dong, Yo?" ucap Putra tiba-tiba yang membuat mata gue move on dari android menuju Putra. "Hah, kenapa? Kamu pegel? Ya lagian sok-sokan duduk di kursi yang gak ada senderannya. Yaudah sini aja." gue yang menyarankan Putra untuk duduk disamping gue pun akhirnya sedikit bergeser dan Putra pun pindah, duduk di samping gue. "Nah... gini kek dari tadi." Sembari menyender, ia mengintip ke arah android gue. "Kamu lagi main apa sih? Serius amat.." "Coin Dozer. Ya abis bosen kali, jam 5 kan masih lama, Put." kata gue sambil manyun. Putra tiba-tiba menyambar android gue. "Udah sini aku yang main, tuh es krim kamu udah dateng." Waiters pun meninggalkan kami berdua lagi. "Put, tuh sisha kamu udah dateng, siniin gak, bosen niiiih!" "Oh iya, berarti ada yang harus nyobain nih yaa.." sambil meletakkan android gue di meja, dia menyodori selang Sisha itu ke gue. "Nih cobain. Enak kok", "Gak mau!" ujar gue menolak sambil menyendok es krim yang gue pesan. "Katanya tadi mau cobain sekali, hayoo.." Sial. Bodohnya gue, gue sempat bilang mau mencoba 1 sedot. Dengan terpaksa gue mencicipi, dan "Uhuuk, uhuuuk... aduuuh gak bisa Put, gak biasa aku. udah ah, gak mau lagi!" ujar gue yang buru-buru menyeruput Thai Tea milik Putra. "Hahaha cupu ah! Gitu doang batuk, huuu!" "Bodo amat gue cupu, orang gak doyan sih," gue kembali menyendoki ek srim gue yang nyaris cair dan kembali memainkan Coin Dozer.
"Yo, ngapain lagi dooong, boseeeen.." setau gue, Putra memang
tipikal cowok yang gak bisa diem lama-lama, bawaannya pingin ngoprek
mulu, gratak sana, gratak sini. Gelisah terus bawaannya. Bisa-bisa kalo
disuruh nungguin gue belanja, dia bakalan mati kering. "Gak tau deh..." dan gue yang cuek menanggapi Putra yang kebosanan karena gue masih mainin game yang sama. "Yo, ih, mainnya berdua dooong.." Putra bersandar ke kursi rotan itu, ia mengambil posisi yang pas untuk mengintip ke arah android gue.
Tepat. Kepalanya sejajar dengan bahu gue. Gue gak tahu dan gak mau
kepo, tapi gue rasain kepala Putra bersandar ke bahu gue. Damn. We shouldn't do this..
Kami keasyikan bermain, dan sudah jam 3 sore. "Akhirnya!" ucap gue yang melirik jam tangan."Itu,
itu jatohin dulu dong coinnya Mah! Biar kita dapet cincin kawin kita
lagi, itu cinta kita, Mama! sama itu mobilnya, Mah, buat anak kita main
dirumah! Cepeeet!" Putra mengambil android dari tangan gue. Gue kaget mendengar spontanitas Putra yang memanggil gue dengan sebutan "Mama" dan dia sebagai "Papa"-nya. Game Coin Dozer ini adalah permainan yang menurut kami bisa sedikit mengusir rasa bosan. Cara memainkannya gampang, tinggal touch layarnya,
dan koin akan jatuh, lalu jatuhkan koin sebanyak banyaknya agar hadiah
seperti cincin, kacamata, mobil, boneka, dan mainan-mainan anak lainnya
bisa jatuh dan kami dapatkan. Permainan aslinya bisa ditemukan di
supermarket/mall terdekat dengan area main anak-anak, atau, bisa langsung di search di App Store gadget smart phone.
1 jam lagi menuju jam 5. Dan kami masih kebingungan akan melalukan apa lagi setelah limit di Coin Dozen habis. Putra memang sangat jahil. Dia menarik-nariki rambut gue. "Puuut, sakit! Gabisa diem banget sih kamuuu, ya Tuhaaan anak siapa sih iniiiii..." ucap gue yang sok-sokan tegar menghadapi dia sambil gue mengelus-elus dada. "Abis
aku bosen Yoyoooooooo... eh iya, pinjem tangan kamu dong?" "Hah? Mau
ngapain? Pasti aneh-aneh deh. Hiiii gak mau ah!" "Engga aneh-aneh Yooooo, sumpah deh aku. Udah, sini pinjem dulu tangan kamu!" Gue
akhirnya menyodorkan tangan. Gue hanya bisa berpikir positif dan percaya
kalo Putra gak akan masukin jari-jari gue ke lubang hidungnya atau ngasih
gue upil, atau ngerjain gue dengan hal-hal jorok lainnya. "Siap-siap ya! 1.. 2.. ..." "AAWWW!!!! Sakit, Put! Ih kan, idioooot! Nyebelin kamuuu nyebeliiin!" Ucap
gue geram sekaligus meringis kesakitan dan tertawa melihat Putra yang
kesakitan karena gue jambak. Dia dengan semangatnya sudah membuat imprint-an giginya di tangan gue. "Sakit tauuu! Sini aku gigit balik tangan kamu! Nyebeliiiin!" Dengan gemas gue gigit tangannya lalu gue cubit pinggangnya. "AAAW!!! Kamu curang pake cubit! Udah berani ya sama aku main cubit! Sini aku cubit bales hayolooooh... Hahahahah!" Putra dan gue pun tertawa dan sama-sama kesakitan. Akhirnya gue merasakan sesuatu yang aneh. Apa mungkin.. ah cukup ah, don't expect something too high, Yo.
-
Setelah kami menonton, Putra sedikit geram karena saat adegan klimaks, gue menarik-narik sweater Putra sampai sedikit melar. "Hehe.. maaf yaaa.. " Kata gue genit ke Putra. "Ah tau ah males nonton sama kamu, baju aku melar semua nanti.." "Kan tegang, Put, tegang.." Ucap gue pada Putra yang masih terlihat agak bete. "Put, gerimis.. gimana dong?" gue menunjuk ke arah luar parkiran. "Wah
iya.. gimana dong, kita kan mau makan.. hujan-hujanan aja nih?" "Aaah
kamu sih gak bawain aku helm, yaudah deh gapapa kita hujan-hujanan, aku
udah laper nih Put. Sini aku pinjem topi kamu aja" sambil mengambil topi Putra, gue menaiki motornya.
Sesampainya kita di tempat makan kaki lima di daerah taman lalu lintas, gue jadi teringat seseorang..
Erza.. biasanya dia yang selalu ngajak gue ke sini untuk makan lele dan kol goreng kesukaannya.
Tweet Putra beberapa menit yang lalu.. ", Put, do you feel something different, between us?"
"Put, kok malu ya.. Aku masih pake seragam tau!" "Udah biarin aja, kamu ini kan, lagian kepo banget mereka. suka-suka kita dong, udah-udah gausah malu-maluin gitu kamu! Hahaha.." "Ih Put, serius aku.. malu tau.." "Udah Yo, filmnya mau mulai nih, yuk masuk!"
"Gilaaaa! Seru banget! Parah parah Put, parah! Katanya Insidious 2 keluar tahun depan loh, bareng loh! Hahaha!" "Idih amit amit apaan ngagetin semua filmnya," ujar Putra yang membawa gue menuju skywalk sehabis menonton film. "Tuhkaaaan, kamu yang takut! Hahaha ngaku deeeh sok-sokan segala sih.." "Enggak sih yeee. Bentar ah, ngerokok dulu ya." Sambil mencari-cari korek, Putra menjepit rokok di mulutnya. "Iiih ngerokok terus, udah jam 10 Puuut... ayo cepetaaan!" "Iya iya sebatang doang kok, lagian lebay amat sih.." "Takut Put, kamar aku kan jauh dari kamar mama!" rengek gue pada Putra yang terus menghisap dan mengepulkan asap rokok yang bertabrakan dengan rintik hujan gerimis. "Kamar aku juga dong, oh iya terus ya, kemarin-kemarin aku nemuin kamar mandi rahasia deket kamar aku loh, hahaha selama aku tinggal disana, aku baru tau, keren ya! hahaha!" "Diiih, serem dong!" "Enggak lah, jadi sekarang bisa ngerokok di rumah! Hahaha!" "Rokooook terus, paru-paru tau rasa kamu, huh." Ucap gue yang dibahas hening oleh Putra. Gue sesekali menampung air hujan dan lalu memuncratkannya ke udara. Sambil memainkan bulir air yang tertahan oleh pegangan pagar skywalk, gue berfikir lagi. Its too far. too much far. I want to stop it, but I can't move. He's too attach me..
Y: Put, dimana? Ke Kedai Lingling yuuuk, pengen mochi niiih..
P: Boleh-boleh, yang dimana?
Y: Mmm, oke deh. Aku udah di Dago kok. Linglingnya yang di jalan Trunojoyo aja ya!
P: Oke deh tapi aku ketemu temen-temen dulu ya Yo..
Y: Kalo udah sampe sana, SMS aku yaa!
P: Siiiip deh! :)
Ah, lupakan, sampai kapanpun juga dia dan gue cuma sebatas kakak-adik. Gak lebih. Gak akan pernah bisa lebih.
Gue dan Putra pun mencari tempat kosong dan akhirnya memesan makanan.
Dan hal yang menyebabkan gue semakin teringat Erza adalah saat Putra
memesan makanan yang sama persis dan selalu Erza pesan. Gue tertegun.
Astaga.. mungkin kebetulan. Putra juga suka lele goreng ditambah kol
goreng, dan masih banyak orang lain yang juga menyukai menu ini. Mungkin
hanya kebetulan. Mungkin. Sementara gue yang memesan bebek goreng pun sempat antusias, lapar ini
sudah menyerang gue semenjak dari menonton tadi. Tapi saat gue selesai
berdoa dan mau menyuapkan suapan pertama ke mulut gue, gue melihat sosok
yang identik antara Putra dan Erza. Cara makan mereka begitu sama. "Apakah se-kebetulan ini, Tuhan?" batin gue dalam hati.
Saat perjalanan pulang, ternyata hujan semakin besar, akhirnya kita
menunggu hujan mereda di pinggir jalan yang gak begitu jauh dari rumah
gue. Disana, kami sama-sama bosan dan akhirnya kami memutuskan untuk
kembali bermain Coin Dozer. Kami mulai bosan sampai akhirnya kami
pun memasang lagu yang kami berdua tau dan mendengarkannya lalu
bernyanyi bersama-sama. Suara Putra cukup bagus, namanya juga anak band, dan suaranya sama bagusnya dengan suara Rega. Kami menyanyikan beberapa lagu yang kami berdua hafal, lepas, dan begitu... tidak biasa. Puncak klimaksnya adalah saat android gue lowbatt. Dan kami pada akhirnya cuma bisa menunggu hujan reda sambil sesekali bercanda dan mengobrol "lebih dekat".
-
"Thanks to Coin Dozer.."
-
Y: Put! Ada Paranormal Activity 4 loh! Caw yuuuk, bosen nih pengen main.
P: Serius? Boleh-boleh! Ah ntar kamu takut lagiii hahaha :p
Y: Diiih ngapain juga takut, kamu kaleeee...
P: Sorry ya, gak level~
Y: Yaudah makanya ayo caw! Hahaha.
P: Oke deh, kapan nih Yo?
Y: Lusa deh, jemput aku di Dago ya! Jangan lupa helm hahaha.
P: Siiip!
-
Y: Put, hujan besar banget nih.. gimana dong? Gak jadi aja?
P: Udah tenang aja, jadi kok, jadi Yo.
Y: Serius jadi? Kamu bawa jas hujan?
P: Enggak, hehe. Udah gapapaaa!
Y: Put.... serius?
Y: Put... kamu kemana??? Gak jadi aja nih??? Hujannya makin besar..
Y: Put!!
Y: Putraaaaaaa!!!
P: Yo, aku udah di depan, di CK.
Y: Kamu... serius?!??
P: Yeeeh, yaudah pulang lagi nih, serius aku didepan. Kamu dimana?
"Put! Kamu gak apa-apa?" ucap gue yang sedikit agak mengagetkannya. "Basah
doang sih, Yo. gak apa-apa kok," "Duuuh... maaf ya.. padahal kan aku
tadi bilang gak usah jadi aja, liat tuh, hujannya juga makin besar."
"Udah gak apa-apa, bentar lagi juga reda, terus kita caw, ya?" Sambil menarik kursi dan duduk di samping Putra gue mengiyakan.
Hujan semakin besar, dan gue juga Putra akhirnya masuk ke foodcourt di
dalam. Gue akhirnya memesan 1 porsi tempe mendoan dan duduk menunggu Putra yang sedang mengeringkan celananya. Dan dia masih bisa mengagetkan
gue, "Heh! Mana makanan kamu? kasian amat belom dateng juga, hahaha sabar yaa," ucapnya sambil mengelus kepala gue dan akhirnya menarik ikat kuncir gue, "Puuuuut! Jangan narik-narik rambut dong, sakit tauuuu!" Gue balas cubit ke pinggang Putra. "Tuh kan, udah berani nyubit aku ya sekarang. Minta dicubit balik kan. Minta digigit kamu tuh! Hahaha!" dengan
ancang-ancang Putra menarik tangan gue, sambil tertawa gue dan dia
jahil-jahilan, dari mulai menggigit tangan, mencubiti dan menariki
rambut masing-masing. Gue sadar, gue sudah semakin terjatuh jauh ke
dalam comfort zone gue yang baru, Putra.
-
"Putra.. udah lewat jam 6 nih, hujannya belum reda juga. gimana dong? Batal nih?" "Ya kalo aku sih fine-fine aja, Yo, kalo nontonnya agak
malem, nah kamu?" ucap Putra yang asyik tidur-tiduran di kursi panjang yang kami duduki. "Ya..
aku sih sebenernya gak apa-apa juga, Put.." "Yaudah, caw ya? Sekarang
deh yuk mumpung gerimis doang, Ciwalk kan deket hahaha, yuk!" Putra yang langsung berdiri tanpa ragu mengajak gue berangkat ke Ciwalk saat itu juga. "Oh
iya, cek website bioskopnya ya, kita nonton yang paling deket dari
waktu kita sekarang." "Iya siap Put! Kita nonton jam 7.45 ya!" seru gue di motor.
-
"Put, kok malu ya.. Aku masih pake seragam tau!" "Udah biarin aja, kamu ini kan, lagian kepo banget mereka. suka-suka kita dong, udah-udah gausah malu-maluin gitu kamu! Hahaha.." "Ih Put, serius aku.. malu tau.." "Udah Yo, filmnya mau mulai nih, yuk masuk!"
-
"Kenapa? Kamu takut? Sini-sini.." "Ah! Gila, sial ini film ngagetin
mulu Puuuut!" "Hahaha emang, tuh kan kata aku juga serem, pulang yuuuukk
huhuhu.." "Ih apaan sih garing banget huuu!" "Hahahaha! Tuh kan Yoyo tuh
curang kan, masa nutup muka! Ih gaboleh! Aku aja melek nih wleee!" "Serem Puuut, serem. Eh, ngagetin deng, gak serem.." "Yaudah deh kalo gak serem
aku pindah aja duduknya ke sebelah kiri, tuh masih kosong kan, hahaha.."
"Iiih jahat kan! Jangaaan!" "Hahaha yaudah deeh, makannya sini, awas loh
jangan nutup mata, tangan kamu udah aku pegangin niiih.." "Iya Put, iyaaa
ih bawel kan, ssstttt!" Ucap gue terpaksa sambil kembali fokus ke
film. Tapi.. dalam posisi ini, sulit buat gue untuk fokus, karena
sekarang gue bingung banget, maksud ini semua apa. Maksud Putra apa? Gue
memutuskan untuk act like nothing happened dan cuma bisa terdiam pasrah di dalam dekapan Putra.
-
"Gilaaaa! Seru banget! Parah parah Put, parah! Katanya Insidious 2 keluar tahun depan loh, bareng loh! Hahaha!" "Idih amit amit apaan ngagetin semua filmnya," ujar Putra yang membawa gue menuju skywalk sehabis menonton film. "Tuhkaaaan, kamu yang takut! Hahaha ngaku deeeh sok-sokan segala sih.." "Enggak sih yeee. Bentar ah, ngerokok dulu ya." Sambil mencari-cari korek, Putra menjepit rokok di mulutnya. "Iiih ngerokok terus, udah jam 10 Puuut... ayo cepetaaan!" "Iya iya sebatang doang kok, lagian lebay amat sih.." "Takut Put, kamar aku kan jauh dari kamar mama!" rengek gue pada Putra yang terus menghisap dan mengepulkan asap rokok yang bertabrakan dengan rintik hujan gerimis. "Kamar aku juga dong, oh iya terus ya, kemarin-kemarin aku nemuin kamar mandi rahasia deket kamar aku loh, hahaha selama aku tinggal disana, aku baru tau, keren ya! hahaha!" "Diiih, serem dong!" "Enggak lah, jadi sekarang bisa ngerokok di rumah! Hahaha!" "Rokooook terus, paru-paru tau rasa kamu, huh." Ucap gue yang dibahas hening oleh Putra. Gue sesekali menampung air hujan dan lalu memuncratkannya ke udara. Sambil memainkan bulir air yang tertahan oleh pegangan pagar skywalk, gue berfikir lagi. Its too far. too much far. I want to stop it, but I can't move. He's too attach me..
"Yuk pulang, udah malem!" "Yaelah kemana aja loooo! Yaudah ayoo, besok
kan sekolah. Duuuh mana keujanan lagi.." "Yaudah ayo jangan ngedumel
teruuuuus hahaha.." ajak Putra yang meletakkan lengannya melingkar ke bahu gue selama perjalanan ke basement.
-
Y: Put, dimana? Ke Kedai Lingling yuuuk, pengen mochi niiih..
P: Boleh-boleh, yang dimana?
Y: Mmm, oke deh. Aku udah di Dago kok. Linglingnya yang di jalan Trunojoyo aja ya!
P: Oke deh tapi aku ketemu temen-temen dulu ya Yo..
Y: Kalo udah sampe sana, SMS aku yaa!
P: Siiiip deh! :)
-
P: Aku udah di Kedai Lingling ya..
Y: Oke deh, aku kesana!
P: Cepeeet! -,-
Y: Oke deh, aku kesana!
P: Cepeeet! -,-
-
"Heh! Lama bangeeeet!" "Diiih siapa juga yang lama, kamu udah pesen belum? Eh iya disini ada mochi gak sih? Aku tuh baru sadar kalo aku lupa menu disini hehe.." "Yaampun Yoooo! Sini aku gigiiit!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar