Kamis, 26 Desember 2013

Enggan Beranjak

Nyatanya, postingan gue yang lalu bukanlah postingan terakhir gue di tahun ini. Hahaha, oke, gue tarik lagi kata-kata gue itu. Karena hari ini gue dapet sesuatu untuk gue pelajari.

Hari ini, pas lagi di Immanuel, dengan tiba-tiba contact Kakao Talk dan contact nomor telepon di handphone gue ilang semua secara misterius. Entah android gue yang error atau... secara tidak langsung android ini mengajarkan gue untuk move on...


Gue panik, android gue cuma memunculkan warna putih blank ditambah tulisan-tulisan gak jelas ditengahnya. Salahnya, gue touch tulisan itu dan tiba-tiba nge-hang lah handphone gue. Setelah sekitar 5 menit, android gue nyala. Pas gue klik simbol Kakao Talk, tiba-tiba muncul sesuatu yang janggal di layar. Kakao Talk gue ternyata ke-restart dengan tidak ada warning sama sekali sebelumnya. Gue buka Contact Book dan sama aja, gak ada satu nomor pun disana. Hilanglah semua nomor kenalan gue. So that's moment totally ruin my mood on this monster fucking day. Contact Kakao Talk gue hilang semua. Bersih, tulisan 'Friends' hanya diisi dengan angka 0. Gue saat itu langsung pingin buru-buru pulang.

Gue coba nge-check aplikasi lain. LINE gue masih jalan dengan anehnya. Gue sempet heran, kok Line gue gak ke-restart juga ya? Akhirnya gue cuma pasrah. Gue masih terus memperhatikan contact gue yang baru. 7.. 8.. 9.. sebenernya gak masalah sih hilang atau enggaknya semua contact gue ini. Yang gue permasalahkan adalah beberapa.. mungkin setengahnya dari contact Kakao Talk gue adalah orang-orang penting. Dan yang menurut gue penting. Ya.. dia.

Pikiran gue sudah melambung jauh ketika saat gue nanti nge re-add ID nya dia, dan dia tidak mau meng-accept gue. Jleb... perasaan gue sangat campur aduk yang ternyata hanya di dominasi oleh pertanyaan "Apakah dia akan meng-accept Kakao gue lagi? Atau tidak?" Kamis sore yang kelabu. Gue masih berjalan menuju rumah ketika pikiran itu melintas.

"Apa Tuhan memang menyuruh gue untuk move?"

Tapi... kenapa begitu sulit. Berhubung gue adalah seorang kristiani, gue sempat sekali sampai doa novena untuk minta pertolongan sama Tuhan untuk kasus susah move on gue ini. Gue minta jalan terbaik, antara stay on him or leave him then move. Masalahnya gue gak bisa move on sepenuhnya dari dia. Tapi ini yang gue dapet. Hasilnya gue malah semakin susah lupa sama dia. Dan gue rasa dia juga masih sayang sama gue. Tapi ada sesuatu antara kita yang dengan tidak terstrukturnya membentengi kita dan membuat kita jadi gini.

Apa mungkin dengan hilangnya semua contact gue, sudah seharusnya gue melupakan dia? Berhenti untuk tahu bagaimana kabarnya? Menahan diri untuk tidak kembali menoleh ke arah dia? Dan ahkirnya menguburnya bersama berjuta-juta kenangan manis yang sudah dia bentuk sedemikian rupa? Enggak. Gue rasa itu semua lebay. Gue gak mau lupa tentang semua hal yang menyangkut dia. Semua hal yang berhubungan dengan dia. Gue... masih terlalu stuck.

Gue coba re-add dia tadi siang. Berharap pending request itu menghilang karena ID gue sudah dia accept. Gelisah menyerang tubuh gue sampai berkeringatlah daerah tengkuk gue. Perlahan mengucur disela pelipis dan turun ke pipi, gue kemudan mengusapnya dan berdeg-degan ria. Di perjalanan pulang ke rumah, gue cuma bisa pasrah dan percaya bahwa hal sesepele apapun pasti udah direncanain sama Tuhan. Mungkin gue gak bisa liat dia lagi yang gonta-ganti dispaly picture, pasang status, atau sekedar update lagu yang lagi dia denger. Bahkan liat display namenya aja mungkin gue udah gak bisa lagi..

Akhirnya gue memutuskan untuk buka laptop dan ngeDVD. Sambil ngeDVD pun gue masih terus melirik handphone, berharap dia meng-accept ID gue.

Puji Tuhan... sehabis gue sarapan telat sekitar jam setengah 11 dengan muka kusut yang sedari pagi buta masih dengan lekatnya meng-cover-i muka gue, dia akhirnya meng-accept ID gue. Ada perasaan senang yang begitu meledak-ledak. Ternyata dia masih mau gue ada di antara contact nya. Tapi, disatu sisi gue merasa heran. Kenapa ya.. kenapa dia masih mau meng-accept gue? Adakah harapan, Tuhan?

Gue takut. Gue takut gue sudah salah langkah dengan keputusan gue dan dia di masa lalu. Gue takut semua itu gak akan bisa kehapus dari hati gue.

Sampailah saatnya ketika gue melakukan test contact ke beberapa orang yang gue kenal, dan gue anggap penting untuk dihubungi, dan salah satunya dia. Seketika dia membalas chat gue dengan "Kenapa hape mu?" Ah, kenapa dia harus care? Ah, mungkin kepo. Gue memberi tahu dia kalau handphone gue dengan sendirinya me-restart. Dan timbulah sedikit conversation kecil dengan dia. ada rasa terhentak saat dia dengan tiba-tiba berkata ambigu dan menyosor kemana-mana.

"Pacaran aja gak ada waktu, gimana ngurusin gituan," kata gue saat gue yang bertanya tentang STNK motornya yang sama sekali belum diperbaharui sama dia sampai sekarang. Gak lama, dia sudah berdiri di depan pintu rumah gue, ngajak gue makan siang bareng di rumahnya. Dan kita mengobrol sampai sore. Sampai dia tertidur karena keasyikan ngoprek handphone gue. Lalu gue berusaha bangunin dia, ngajak dia makan malam. Dan ibunya yang tersenyum ngeliat usaha gue bangunin dia lalu bilang, "Tante masih gak ngerti kenapa kalian kemaren itu putus.". Juga oma nya yang memaksa dia buat nganterin gue pulang barusan.

Yang gue rasain saat ini adalah lo masih sayang sama gue... gue bisa rasain itu. Tapi lo terlalu memikirkan hal gak penting. Lo terlalu memikirkan hal yang seharusnya gue pikirkan. Lo terlalu takut untuk mencoba lagi karena merasa lo udah jahat banget sama gue. Tapi gue enggak. Gue masih merasa ada sesuatu yang belum gue lakuin buat lo. Buat kelangsungan hidup lo kedepan. Gue merasa gue masih punya hutang sama lo karena belom bisa bikin lo lebih baik dari sebelumnya. Mungkin gue terlihat serius. Tapi yang gue maksudkan disini bukan serius seperti apa yang ada di otak dia, I just want to face it in a good way.

Gue tidak pernah mengagung-agungkan yang namanya pacaran. Tapi yang gue terapkan adalah gue berusaha untuk menghargai arti sebuah pacaran. Menghargai sebuah proses kecil. Proses dimana semua ini adalah masa-masanya kita saling mengenal, belajar, dan mengerti satu sama lain. Saling tahu karakter dan sifat masing-masing. Mempertahankan yang baik dan membenarkan yang buruk. Tulus dan menerima. Rela dan sakit. Ya.. untuk bertatap muka dengan cinta dan luka.

You know what?

Kita sama-sama lelah. Kita sama-sama ingin mencoba. Tapi kita disudutkan oleh rasa sesal dan takut yang sebelumnya pernah menghadang. Kita sama-sama acuh. Kita sama-sama berhenti untuk tidak memedulikan ini semua. Tapi kita dirundung rindu saat mata kita bertemu. Kita sama-sama pasrah. Kita sama-sama berharap kalau semua ini tidak pernah terjadi.

Tapi kita terbelit rasa sayang yang tak terkekang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar