Nyatanya, postingan gue yang lalu bukanlah postingan terakhir gue di tahun ini. Hahaha, oke, gue tarik lagi kata-kata gue itu. Karena hari ini gue dapet sesuatu untuk gue pelajari.
Hari ini, pas lagi di Immanuel, dengan tiba-tiba contact Kakao Talk dan contact nomor telepon di handphone gue ilang semua secara misterius. Entah android gue yang error atau... secara tidak langsung android ini mengajarkan gue untuk move on...
Gue panik, android gue cuma memunculkan warna putih blank ditambah
tulisan-tulisan gak jelas ditengahnya. Salahnya, gue touch tulisan itu
dan tiba-tiba nge-hang lah handphone gue. Setelah sekitar 5 menit, android
gue nyala. Pas gue klik simbol Kakao Talk, tiba-tiba muncul sesuatu yang
janggal di layar. Kakao Talk gue ternyata ke-restart dengan tidak ada warning
sama sekali sebelumnya. Gue buka Contact Book dan sama aja, gak ada satu nomor pun disana. Hilanglah semua nomor kenalan gue. So that's moment totally ruin my mood on this monster fucking day. Contact Kakao Talk gue hilang semua. Bersih, tulisan 'Friends' hanya diisi dengan angka 0. Gue saat itu langsung pingin buru-buru
pulang.
Gue coba nge-check aplikasi lain. LINE gue masih jalan dengan anehnya. Gue sempet heran, kok Line gue gak ke-restart juga ya? Akhirnya gue cuma pasrah. Gue masih terus memperhatikan contact gue yang baru. 7.. 8.. 9..
sebenernya gak masalah sih hilang atau enggaknya semua contact gue
ini. Yang gue permasalahkan adalah beberapa.. mungkin setengahnya dari
contact Kakao Talk gue adalah orang-orang penting. Dan yang menurut gue
penting. Ya.. dia.
Pikiran gue sudah melambung jauh ketika saat gue nanti nge re-add ID nya dia, dan dia tidak mau meng-accept gue. Jleb... perasaan gue
sangat campur aduk yang ternyata hanya di dominasi oleh pertanyaan
"Apakah dia akan meng-accept Kakao gue lagi? Atau tidak?" Kamis sore
yang kelabu. Gue masih berjalan menuju rumah ketika pikiran itu
melintas.
"Apa Tuhan memang menyuruh gue untuk move?"
Tapi... kenapa begitu sulit. Berhubung gue adalah seorang kristiani, gue
sempat sekali sampai doa novena untuk minta pertolongan sama Tuhan
untuk kasus susah move on gue ini. Gue minta jalan terbaik, antara stay
on him or leave him then move. Masalahnya gue gak bisa move on sepenuhnya dari dia. Tapi ini yang gue dapet. Hasilnya gue
malah semakin susah lupa sama dia. Dan gue rasa dia juga masih sayang
sama gue. Tapi ada sesuatu antara kita yang dengan tidak terstrukturnya
membentengi kita dan membuat kita jadi gini.
Apa mungkin dengan hilangnya semua contact gue, sudah seharusnya gue
melupakan dia? Berhenti untuk tahu bagaimana kabarnya? Menahan diri
untuk tidak kembali menoleh ke arah dia? Dan ahkirnya menguburnya
bersama berjuta-juta kenangan manis yang sudah dia bentuk sedemikian
rupa? Enggak. Gue rasa itu semua lebay. Gue gak mau lupa tentang semua
hal yang menyangkut dia. Semua hal yang berhubungan dengan dia. Gue...
masih terlalu stuck.
Gue coba re-add dia tadi siang. Berharap pending request itu
menghilang karena ID gue sudah dia accept. Gelisah menyerang tubuh
gue sampai berkeringatlah daerah tengkuk gue. Perlahan mengucur disela
pelipis dan turun ke pipi, gue kemudan mengusapnya dan berdeg-degan ria. Di
perjalanan pulang ke rumah, gue cuma bisa pasrah dan percaya bahwa hal
sesepele apapun pasti udah direncanain sama Tuhan. Mungkin gue gak bisa
liat dia lagi yang gonta-ganti dispaly picture, pasang status, atau
sekedar update lagu yang lagi dia denger. Bahkan liat display namenya
aja mungkin gue udah gak bisa lagi..
Akhirnya gue memutuskan untuk buka laptop dan ngeDVD. Sambil ngeDVD pun gue masih terus melirik handphone, berharap dia meng-accept ID gue.
Puji Tuhan... sehabis gue sarapan telat sekitar jam setengah 11 dengan muka kusut yang sedari
pagi buta masih dengan lekatnya meng-cover-i muka gue, dia akhirnya
meng-accept ID gue. Ada perasaan senang yang begitu meledak-ledak. Ternyata dia masih mau gue ada di antara contact nya. Tapi, disatu
sisi gue merasa heran. Kenapa ya.. kenapa dia masih mau meng-accept
gue? Adakah harapan, Tuhan?
Gue takut. Gue takut gue sudah salah langkah dengan keputusan gue dan dia di masa lalu. Gue takut semua itu gak akan bisa kehapus dari hati gue.
Sampailah saatnya ketika gue melakukan test contact ke beberapa orang
yang gue kenal, dan gue anggap penting untuk dihubungi, dan salah
satunya dia. Seketika dia membalas chat gue dengan "Kenapa hape mu?" Ah, kenapa dia harus care? Ah, mungkin kepo. Gue memberi tahu dia kalau handphone gue dengan sendirinya me-restart. Dan
timbulah sedikit conversation kecil dengan dia. ada rasa terhentak saat
dia dengan tiba-tiba berkata ambigu dan menyosor kemana-mana.
"Pacaran aja gak ada waktu, gimana
ngurusin gituan," kata gue saat gue yang bertanya tentang STNK motornya yang sama
sekali belum diperbaharui sama dia sampai sekarang. Gak lama, dia sudah berdiri di depan pintu rumah gue, ngajak gue makan siang bareng di rumahnya. Dan kita mengobrol sampai sore. Sampai dia tertidur karena keasyikan ngoprek handphone gue. Lalu gue berusaha bangunin dia, ngajak dia makan malam. Dan ibunya yang tersenyum ngeliat usaha gue bangunin dia lalu bilang, "Tante masih gak ngerti kenapa kalian kemaren itu putus.". Juga oma nya yang memaksa dia buat nganterin gue pulang barusan.
Yang gue rasain saat ini adalah lo masih sayang sama gue... gue bisa
rasain itu. Tapi lo terlalu memikirkan hal gak penting. Lo terlalu
memikirkan hal yang seharusnya gue pikirkan. Lo terlalu takut untuk
mencoba lagi karena merasa lo udah jahat banget sama gue. Tapi gue
enggak. Gue masih merasa ada sesuatu yang belum gue lakuin buat lo. Buat
kelangsungan hidup lo kedepan. Gue merasa gue masih punya hutang sama
lo karena belom bisa bikin lo lebih baik dari sebelumnya. Mungkin gue
terlihat serius. Tapi yang gue maksudkan disini bukan serius seperti apa
yang ada di otak dia, I just want to face it in a good way.
Gue tidak pernah mengagung-agungkan yang namanya pacaran. Tapi yang gue
terapkan adalah gue berusaha untuk menghargai arti sebuah pacaran. Menghargai sebuah proses kecil. Proses dimana semua ini adalah
masa-masanya kita saling mengenal, belajar, dan mengerti satu sama lain. Saling tahu karakter dan sifat masing-masing. Mempertahankan yang baik
dan membenarkan yang buruk. Tulus dan menerima. Rela dan sakit. Ya..
untuk bertatap muka dengan cinta dan luka.
You know what?
Kita sama-sama lelah. Kita sama-sama ingin mencoba. Tapi kita disudutkan
oleh rasa sesal dan takut yang sebelumnya pernah menghadang. Kita
sama-sama acuh. Kita sama-sama berhenti untuk tidak memedulikan ini
semua. Tapi kita dirundung rindu saat mata kita bertemu. Kita
sama-sama pasrah. Kita sama-sama berharap kalau semua ini tidak pernah
terjadi.
Tapi kita terbelit rasa sayang yang tak terkekang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar