Untuk lelaki yang baju dan hatinya kelabu tak bernada,
Bisa jelaskan, ada apa sih dengan air mata sampai-sampai kau sebegitu benci melihatnya?
Terbersit di pikiranku bahwa mungkin kamu benci karena harus bertanggung jawab atas tiap bulir dan tetes yang jatuh satu persatu di kiri dan kanan muka.
Bagaimana yang kau minta?
Menyakiti hati selewat kedipan mata dan berharap sang hati tetap tegar tak terganggu, seakan kita tak pernah ada?
Atau hati yang terluka parah seharusnya menyembuhkan dirinya sendiri saja, dan berpura-pura tak ada bekas luka yang menganga, dan dengan rela memaafkan tanpa kamu minta?
Sederhana saja, sesungguhnya.
Aku menangis ya karena aku manusia.
Bukan gelas kaca.
Bukan juga bola yang saat kau lempar akan kembali memantul serta merta.
Aku menangis karena aku ada.
Tapi kau seakan terusik dan berharap aku alpa. Ya?
Atau sebenarnya kau hanya takut tangisanku menggambarkan kondisi lemah dengan goretan-goretan kasar bak wanita gila?
Kau berdecak kesal, memutar bola mata, dan menghampiri tanpa suara,
Merasa malas harus menghiburku dengan kata-kata.
Ya, tak apa, sebenarnya.
Aku menangis karena aku masih punya rasa di balik raga.
Biarkan saja aku mengeluarkan semuanya.
Setelah habis satu belanga, aku akan kembali tertawa.
Dan tentang perlakuanmu itu, aku sudah lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar